Eksistensi dan Karakteristik Bahasa Arab


EKSISTENSI DAN KARAKTERISTIK BAHASA ARAB
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
FALSAFAH LUGHOWIYAH


logo uin.jpg

Oleh
Dewi Shobichatur Rohmah        ( DO2212005)


Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Yunus Abu Bakar, M.Ag

PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN  KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa ilmu pengetahuan yang telah melahirkan karya-karya besar dalam berbagai bidang  diantarannya, ilmu pengetahuan, filsafat, sejarah, sastra dan lain-lain. bahkan lebih dari itu bahasa arab dapat dianggap pula sebagai peletak dasar bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan modern yang berkembang cepat pada saat ini. Disamping itu bahasa Arab juga sebagai penerus filsafat dan kebudayaan Yunani kedunia Barat dan sebagai bahasa yang dipakai dalam hubungan internasional yang kedudukannya lebih dimantapkan setelah dinyatakan sebagai bahasa resmi dalam kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dunia, bahasa Arab telah memberikan sumbangan besar dan memegang peranan penting. Dikala dunia Barat pada zaman abad pertengahan masih diliputi suasana kegelapan, disaat itu ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani telah disimpan dalam bahasa Arab dalam bentuk terjemahan, sehingga karena hampir semua buku-buku ilmu pengetahuan yang kenamaan diwaktu itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, maka bahasa Arab dalam dunia keilmuan dikenal sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Pada masa kebangkitan (Renaissance) di Barat, bahasa Arab ini berperan sebagai penghubung antara Yunani Kuno dengan Eropa modern dengan jalan menterjemahkan kembali buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa Arab kedalam bahasa bangsa-bangsa Barat.
Oleh sebab itu dalam hal ini penulis akan menjelaskan mengenai eksistensi dan karakterisrik bahasa Arab baik sebagai bahasa agama, maupun bahasa ilmu pengetahuan. Memahami Al Qur’an, Al Hadits, kitab-kitab Tafsir, Fiqih, Ilmu Kalam, Tasawuf dan cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang lain mutlak memerlukan penguasaan bahasa Arab, bahkan peribadatan di dalam Islam pun sepenuhnya dilakukan dalam bahasa Arab, sehingga dengan demikian bahasa Arab sebagai bahasa yang menjadi kebutuhan utama setiap muslim.

  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Arab?
2.      Bagaimana eksistensi bahasa Arab di dunia?
3.      Apa sajakah karakteristik bahasa Arab?

  1. Tujuan
1.      Mengetahui sejarah perkembangan bahasa Arab
2.      Mengetahui eksistensi bahasa Arab
3.      Memahami karakteristik bahasa Arab

















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Sejarah Perkembangan Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan bahasa resmi dari 25 negara dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai Al Qur’an.[1] Karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa Semit Tengah yang termasuk dalam rumpun bahasa Semit dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami, dan mempunyai penutur terbanyak. Jumlah penutur bahasa Arab lebih dari 280 juta orang. Akhir-akhir ini bahasa Arab merupakan bahasa yang peminatnya cukup besar di Barat.
Menurut Abdul Alim Ibrahim bahasa arab adalah bahasa orang arab sekaligus juga merupakan bahasa islam,[2] karena bahasa selain bahasa arab tidak dapat diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang tersurat dan tersirat dari makna yang terkandung dalam al-Qur’an, maka kaedah-kaedah yang diperlukan dalam memahami al-qur’an bersendi atas kaedah-kaedah bahasa arab, memahami asas-asasnya, uslub-uslubnya, dan mengetahui rasa-rasanya.[3] Populernya bahasa arab seiring dengan perkembangan Islam. Bahasa Arab dan Islam tidak bisa dipisahkan karena adanya al-Quran. Al-Quran adalah kitab suci Agama Islam, agama terbesar dan paling banyak pengikutnya di dunia ini menggunakan bahasa Arab seperti ditegaskan dalam surat Yusuf ayat 2, yang artinya :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” ( Q.S Yusuf ayat: 2 ).
Bahasa arab juga sering disebut mempunyai kepustakaan besar di semua bidang ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan filsafat dan matematika Yunani sampai ke barat melalui terjemahan dan tafsiran orang-orang arab. Bahasa arab juga pernah menjadi bahasa internasional dalam sejarah, sampai masa sekarang bahasa arab masih tetap bertahan keinternasionalannya sejajar dengan kedua bahasa internasional modern yakni bahasa inggris dan bahasa perancis, ribuan karya monumental semisal al-qanun fi al-thib (aturan dalam kedokteran), al-madkhal ila ‘ilm al-nujum (observasi pergerakan bintang), maqashid al-falasifah (tujuan para filosof), serta segudang literatur lain yang dijadikan referensi di banyak universitas di Eropa.[4]
 Di Amerika, hampir tidak ada suatu perguruan tinggi yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai mata kuliah, termasuk perguruan tinggi Katholik atau Kristen. Sebagai contoh Harvard University, sebuah perguruan tinggi swasta paling terpandang di dunia yang didirikan oleh para ‘alim ulama’ protestan, dan Georgetown University, sebuah universitas universitas swasta Katholik, keduanya mempunyai pusat studi Arab yang kurang lebih merupakan Center for Contemporary Arab Studies.[5]
Selain di Amerika tepatnya di Afrika, bahasa Arab ini dituturkan dan menjadi bahasa pertama di negara-negara semacam Mauritania, Maroko, Aljazair, Libya, Mesir dan Sudan. Di semenanjung Arabia, bahasa ini merupakan bahasa resmi di Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Saudi, Qatar, Emirat Arab dan jauh ke utara, Jordan, Irak, Syiria, Libanon, dan Palestina. Menurut Wise, bahasa Arab juga merupakan bahasa orang-orang India Utara,  sebagian orang Turki, Iran, Portugal, dan Spanyol.[6]
Perkembangan bahasa Arab terbagi menjadi 6 periode:[7]
1.      Periode Jahiliyah, yaitu munculnya standarisasi nilai-nilai pembentukan bahasa Arab fusha, dengan adanya beberapa kegiatan yang telah menjadi tradisi masyarakat Makkah, berupa festival syair Arab di pasar Ukaz, Majanah, Zul Majah, sehingga mendorong tersiar dan meluasnya bahasa Arab, yang pada akhirnya kegiatan tersebut dapat membentuk standarisasi bahasa fusha dan kesusastraannya.
2.      Periode permulaan Islam, yaitu turunnya Al Qur’an dengan membawa kosa kata baru dengan jumlah yang luar biasa banyaknya menjadikan bahasa yang sempurna baik dalam kosa kata, makna, gramatikal dan ilmu lainnya. Hingga perluasan wilayah-wilayah kekuasaan Islam sampai berdirinya Daulah Umayah. Setelah berkembang kekuasaan Islam, orang-orang Islam Arab pindah ke negeri baru, sampai masa Khulafaur Rasyidin.
3.      Periode Bani Umayah, yaitu terjadinya percampuran orang-orang Arab dengan penduduk asli akibat logis dari perluasan wilayah Islam. Adanya upaya-upaya orang Arab untuk menyebarkan bahasa Arab ke wilayah melalui akspansi yang berabad. Melakukan Arabisasi dalam berbagai kehidupan , sehingga penduduk asli mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa agama dan pergaulan.
4.      Periode Bani Abbasiyah, yaitu pemerintahan Abbasiyah berprinsip bahwa kejayaan pemerintahannya sangat tergantung kepada kemajuan agama Islam dan bahasa Arab, kemajuan agama Islam dipertahankan dengan melakukan pembedahan Al Qur’an terhadap cabang-abang disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Bahasa Arab Badwi yang bersifat alamiah ini tetap dipertahankan dan dipandang sebagai bahasa yang bermutu tinggi dan murni yang harus dikuasai oleh para keturunan Bani Abbas. Pada abad ke-4 H bahasa Arab fusha menjadi bahasa tulisan untuk keperluan administrasi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan mulai dipelajari melalui buku-buku, sehingga bahasa fusha berkembang  dan meluas.
5.      Periode sesudah abad ke-5 H, bahasa Arab tidak lagi menjadi bahasa politik dan administrasi pemerintahan, tetapi hanya menjadi bahasa agama. Hal ini terjadi setelah dunia Arab terpecah dan diperintah oleh penguasa politik non Arab (Bani Saljuk), yang mendeklarasikan bahasa Persia sebagai bahasa resmi negara Islam di bagian timur. Sementara Turki Usmani yang menguasai dunia Arab yang lainnya, malah mendeklarasikan bahwa bahasa Turki sebagai bahasa administrasi pemerintahan. Sejak itu sampai abad ke-7 H bahasa Arab semakin terdesak.
6.      Periode bahasa Arab di zaman baru, kebangkitan bahasa Arab yang dilandasi dengan upaya pengembangan oleh kaum intelektual Mesir. Para intelektual melakukan counter terhadap pendapat yang menyerang bahasa Arab dengan indikasi:
a)      Adanya usaha-usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Arab seperti pendirian Majma’ al Lughoh al – Arabiyyah pada tahun 1934 M di Mesir.
b)      Mendirikan lembaga pendidikan khususnya pengajaran bahasa Arab seperti Al-Azhar jurusan bahasa Arab
Dan masih banyak lagi perhatian yang diberikan bangsa Arab untuk wilayah Islam diluar Mesir.

B.       Eksistensi Bahasa Arab
1.    Bahasa Arab dan Islam
Semua pengamat baik orang Barat maupun  orang muslim Arab menganggap bahasa Arab sebagai bahasa yang memiliki standar ketinggian dan keelokan linguistik yang tertinggi, yang tiada taranya.Sejak bahasa Arab yang tertuang dalam Al Quran didengungkan hingga kini, Hal ini tentu saja berdampak pada munculnya superioritas sastra dan filsafat bahkan pada sains seperti ilmu matematika, kedokteran, ilmu bumi, dan tata bahasa Arab sendiri pada masa-masa kejayaan Islam setelahnya. Ali al-Najjar mengungkapakan bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya, deskripsi dan pemaparannya sangat mendetail dan dalam. Statementnya sebagai berikut:
اللغة العربية من اوسع اللغات واغناها وادقها تصويرا.
Sementara Abdul Hamid bin Yahya dalam al Hasyimiy berkata: Aku mendengar Abu Syu’bah berkata: “Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu akan menambah ketajaman daya nalar,” [8]atau dalam bahasa aslinya dikatakan :
تعلموا العربية فإنها تزيد العقل
Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh bahasa Arab di antara bahasa-bahasa lain di dunia adalah karena ia berfungsi sebagai bahasa Al Quran dan Hadits serta kitab-kitab lainnya. Itulah sebabnya, di dalam kitab Faid al-Qadir Syarh al-Jaami’ al-Shaghiir sususnan Al-Manawi disebutkan bahwa dari Ibnu Abbas dengan riwayat muslim,[9] Rasulullah bersabda:
أحبوا العرب لثلاث : لأنّى عربي والقرآن عربي وكلام اهل الجنّة عربي
Selanjutnya, Akkawi menulis bahwa Amir al-Mu’miniin Umar bin al-Khattab r.a berkata: “Hendaklah kamu sekalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan bagian dari agamamu.”[10]
أحرصوا علي تعلم اللغة العربية فإنّها جزء من دينكم
Itulah sebabnya Abdul Alim Ibrahim berkata bahwa bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus merupakan bahasa agama Islam:[11]
اللغة العربية هي لغةا العروبة والإسلام
Berdasarkan itulah maka orang yang hendak memahami hukum-hukum ( ajaran) agama Islam dengan baik harus berusaha mempelajari bahasa Arab. Bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, tidak dapat diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang tersurat dan tersirat dari makna yang terkandung dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an diturunkan dalam bahasa yang mubin, maka kaedah-kaedah yang diperlukan dalam memahami Al Qur’an bersendi atas kaedah-kaedah bahasa Arab, memahami asas-asasnya, merasakan uslub-uslubnya, dan mengetahui rahasia-rahasianya.[12]Keunggulan bahasa Arab adalah kekayaannya, pengertian pengertian niskala (abstrak) serta ketepatan makna (semantic precision) dan kemungkinan pembentukan kata turunan (derivation).
Di sinilah pengetahuan tentang bahasa Arab memegang peranan yang sangat penting untuk lebih memahahami ajaran-ajaran agama guna ditransfer ke benak masyarakat awam, ke benak murid-murid yang cukup kritis..[13]
2.    Bahasa Arab dan Keinternasionalannya
Bahasa Arab merupakan bahasa yang exist bagaimana tidak, bahasa ini menjadi bahasa ke-tiga di dunia dan pernah menjadi bahasa PBB.Bahasa-bahasa yang pernah menjadi bahasa internasional dalam sejarah adalah bahasa Akadiyyah, Aramiyyah (Aramic), Yunani, Latin dan bahasa Arab. Sampai masa sekarang ini, bahasa Arab masih tetap bertahan keinternasionalannya, sejajar dengan kedua bahasa internasional modern yakni bahasa Inggris dan Perancis.[14] Ribuan karya momumental semisal al Qanun fi al Thibb (Aturan dalam kedokteran) karya Ibnu Sina, al-Madkhal ila ‘Ilm al-Nujum(Observasi Pergerakan Bintang) karya Abu Nashar, Maqashid al Falasifah (Tujuuan Para Filosof) karya al-Ghazali, dan segudang literature lain yang dijadikan referensi di banyak universitas di Eropa.[15]
Yang jelas angka 0,1,2,3,4,5 dan seterusnya meruapakan kontribusi Arab yang besar sekali sumbangannya terhadap usaha mempermudah hitungan dan penulisan angka atas angka Romawi yang kurang realistis. Itulah sebabnya di dalam semua kamus bahasa Inggris, angka-angka tersebut dinamai “Arabic Numerals”. Ini membuktikan keinternasionalan bahasa Arab yang tidak dapat disangkal sama sekali.
Pada abad ke-7 Masehi, bertepatan dengan lahirnya agama Islam, kehebatan seseorang berbahasa Arab yang dapat dijadikan kebanggaan diukur oleh kemampuannya menjelaskan dan mengkomunikasikan alur pemikirannya dengan baik dengan memakai bahasa yang mengandung sastra yang tinggi. Baik ia seorang penyair, khatib, maupun sebagai penulis. Mereka itulah yang kemudian ditantang oleh Al Quran.
Belum cukup satu setengah abad Islam mekar, kedaulatan Islam telah mencakup Iraq, Syria, Mesir, dan Afrika Utara. Penduduk wilayah itu berbondong-bondong masuk Islam. Dr. Ibrahim Anis menjelaskan bahwa kesiapan sebagian penduduk wilayah tersebut menerima dan memakai bahasa Arab jauh lebih cepat disbanding penerimaan mereka terhadap agam Islam itu sendiri. [16]Dengan demikian, dalam kurun waktu dua abad, bahasa Arab telah menjadi bahasa internasional sampai ke Persia (Iran), seluruh Iraq, sebagian Asia Kecil, Negara-negara di Afrika Utara, da Andalus untuk beberapa abad.
3.    Ciri Keinternasionalan
Sejak kebangkitan sastra Arab pasca lahirnya Islam, cirri keinternasionalan bahasa Arab telah nampak di permukaan. Bahasa Arab merupakan bahasa demokratis, tanpa membedakan antara pemegang kekuasaan serta kebesaran dan bawahan. Bahasa Arab juga tidak mencampuradukkan kata ganti tunggal dengan jamak.
انا ربّكم الأعلى..., إنّما انا بشر مثلكم
Keluasan penyebaran wilayah Arab mencakup beberapa bangsa yang berbilang dan berbeda-beda. Semua bangsa tersebut tercelup ke dalam suatu kebudayaan yang beridentitas Arab, termasuk Pakistan, Afganistan, Melayu, Indonesia, Mauritania, Nigeria, Somalia, dan seterusnya. Akibatnya bahasa Arab merupakan di antara bahasa yang terluas wilayah interlokalnya.
Ciri keinternasionalan selanjutnya dapat ditelusuri dari banyaknya lafal-lafal yang terpinjam dari bahasa lain dan banyaknya kata-kata Arab yang telah menjadi kosa kata bahasa internasional lainnya.[17]
4.    Bahasa Di Luar Motif Agama
Tidak akan banyak yang menyangkal bila dikatakan bahwa Indonesia mempunyai banyak perkataan yang berasal dari bahasa Arab. Inilah relitas yang kemudian membuktikan pentingnya bahasa Arab di luar motif agama dapat dikatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa dari kelompok terbesar dunia ketiga. Untuk mempersatukan kekuatan dunia ketiga, bahasa ini patut diperhatikan di Indonesia.[18] Oleh karena itu, untuk mengadakan studi tentang bahasa Indonesia, diperlukan adanya pengetahuan dan pengertian akan bahasa Arab. Bahasa ini adalah bahasa yang dengannya semua ilmu pengetahuan modern dan kesusastraan modern dapat dikemukakan, baik dalam bahasa asli maupun terjemahan.
Pada waktu Muhammad Natsir kembali ke kampong halamannya dari mengikuti sekolah menengah cara Belanda, sebagaimana ia bercerita dalam Capita Selecta, ia sempat heran melihat seorang santri membaca kitab berbahasa Arab sama dengan buku yang pernah ia baca di sekolah Belanda, yakni cerita Cyrano de Bergerac dalam bahasa Perancis.[19]
Bahasa Arab juga sering disebut mempunyai kepustakaan besar di semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan filsafat dan matematika Yunani sampai ke Barat melalui terjemahan dan tafsiran orang-orang Arab.

5.    Bahasa Arab di Tengah-tengah Bahasa dan Bangsa Lain
Setelah beberapa wilayah ditaklukan oleh kaum muslimin, bahasa Arab menjadi bahasa utama di daerah baru tersebut. Di Syria dan Iraq, bahasa internasional waktu itu adalah bahasa Yunani. Bahasa Arab berbenturan dengan bahasa Yunani yang pada akhirnya dimenangkan bahasa Arab. Hanya sedikit sekali bahasa Yunani yang terpinjam oleh bahasa Arab untuk pengungkapkan sesuatu makna yang tidak terdapat di lingkungna bahasa Arab. Bahasa Yunani  kemudian mengalami kemunduran  setelah berhadapan dengan bahasa Arab tanpa member bekas linguistic terhadap bahasa yang disebutkan terakhir.
Bahasa Arab juga pernah berbenturan dengan bahasa internasional lain,  yakni: bahasa Aramiyyah yang pernah diartikulasikan orang Iraq dan Syria, serta di beberapa wilayah di Mesir, bahasa tersebut pernah seiring dengan bahasa Yunani sampai berabad-abad. Hanya saja bahasa Aramiyyah sekandung dengan bahasa Arab.
Terhadap bahasa Latin, bahasa Arab tidak berbenturan. Walaupun begitu, bahasa Latin mengalami kemerosotan dengan sendirinya ketika bahasa Arab berkembang denagn pesatnya. Pada waktu bahasa Arab memasuki Mesir, kebanyakan orang Mesir berbahasa Qibti. Bahasa ini merupakan fasilah lain dari bahasa Arab. Terakhir, bahasa Qibti pun mengalami kemunduran dan hanya terpakai di gereja-gereja sebagai bahasa kedua setelah bahasa Arab.
Begitu pula, ketika berhadapan dengan bahasa Barbar di  utara Afrika, bahasa Arab telah membuata bahasa Barbar Mundur sampai ke gurun-gurun pasir. Terhadap bahasa Persia, bahasa Arab mengalami penyelarasan dan interaksi positif karena Islam terbantu oleh bahasa dan kebudayaan Persia, sehingga di beberapa daerah muslim, bahasa Persia menjadi bahasa kedua setelah bahasa Arab.
Demikianlah, dalam perjalanan sejarah, keinternasionalan bahasa Arab tidak terlepas dari keuniversalan Al Quran dan Islam, dan karena sebagaimana diungkapkan oleh Ibrahim Anis:
ذلك لأن من تمسك با الدين الحنيف تمسك ايضا بلغته
Selanjutnya, Ibrahim Anis member signal bahwa untuk mempersatukan wilayah-wilayah yang sudah “Islamized” , penyatuan bahasa merupakan factor dominan dan lebih kuat daripada kesatuan agama. Sejarah lama dan baru telah mengungkap berapa banyak Negara yang tadinya satu agama, tetapi lantaran berbeda bahasa, Negara-negara tersebut terpisah dan bertarung kekuasaan satu sama lain.[20]
Sejak akhir abad ke-19, banyak orang Arab yang imigran ke negara-negarablain, seperti Eropa dan Amerika Serikat, mereka tinggal, belajar, berdagang dan kawin dengan penduduk setempat. Di sini mereka berusaha menjadikan bahasa Arab hidup di sekolah-sekolah dan rumah-rumah mereka. Di antara orang Arab Amerika yang terkemuka misalnya Ralph Nader, seorang consumer advokat, Philip Habib seorang diplomat, Michael Bakey seorang dokter terkemuka, Danny Thomas, seorang entertainer, Selwa Roosevelt kepala rumah tangga dan kepala prokol Gedung Putih, Kahlil Gibran seorang penulis terkenal yang karyanya diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.[21]

C.       Karakteristik Bahsa Arab
Secara etimologi, karakteristik berasal dari akar kata bahasa Inggris yaitu character yang berarti watak, sifat, ciri.[22]Kata characteristic berarti sifat yang khas atau ciri khas sesuatu.[23]Achmad Maulana mengartikan karakteristik dengan ciri khas, bentuk-bentuk watak dan tabiat individu, corak tingkah laku atau tanda khusus.[24] Dalam istilah bahasa Arab kata karakteristik dikenal dengan خصائص sebagai bentuk jamak dari  خصوصيـة yang diartikan dengan kekhususan atau keistimewaan.
Berikut ini adalah karakteristik bahasa Arab:[25]
1.      Jumlah abjad sebanyak 28 huruf dengan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf) yang berbeda dengan bahasa lainnya.
2.      I’rab, sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan tertentu, baik rofa’, nashab, jazm dan jar yang terdapat pada isim (kata benda) dan juga fi’il (kata kerja).
3.      Notasi syair (ilmu ‘arudl) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syair berkembang dengan perkembangan yang sempurna.
4.      Bahasa ‘ammiyah dan fush-ha, ‘Ammiyah dipergunakan dalam interaksi jual beli atau komunikasi dalam situasi tidak formal sedang  fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, bahasa resmi yang dipergunakan dalam buku keislaman dan ilmu pengetahuan.
5.      Adanya huruf “dhod” yang tidak ada pada makhroj bahasa lain,dll.
6.      Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai dengan subyek yang berhubungan dengan kata kerja tersebut.( Radar 11 Januari 2008).
7.      Tidak adanya kata yang bersyakal dengan syakal yang sulit dibaca, seperti” fi-u-la”.
8.      Tidak adanya kata yang mempertemukan dua huruf mati secara langsung.
9.      Sedikit sekali kata-kata yang terdiri dari dua huruf (al alfadz al tsunaiyyah) kebanyakan tiga huruf, kemudian ketambahan satu, dua, tiga, sampai empat huruf.
10.  Tidak adanya 4 huruf yang berharakat secara terus-menerus, di samping aspek-aspek lain yang termasuk dalam ranah deep structure(al bina’ al dahily) baik segi metafora, fonologui, kamus.
11.  Bahasa arab sangat elastic, menganut system analogi( qiyas) dan kaya dengan derivasi (isytiqoq) dan perbendaharaan kata( mufrodat).
Predikasi dalam bahasa arab cukup dengan mengadakan hubungan mentalistik, antara musnad dan musnad iaih tanpa memerlukan keterusterangan dengan hubungan ini, baik secara lisan maupun tulisan. Sementara itu, predikasi mentalistik ini tidak cukup dalam bahasa Indo-Eropa, itulah fiil kainunah dalam istilah mereka. Dalam bahasa-bahasa itu mereka menamakannya robithoh (konektor), copule dalam bahasa Perancis, dan kopula dalam bahasa Inggris yang berfungsi menghubungkan musnad dan musnad ilaih baik dalam kalimat positif maupun negatif.[26] Barangkali kegoncangan ini dalam bahasa-bahasa barat modern merupakan salah satu penyebab yang menjadi kebiasaan orang-orang barat, yaitu mereka mencari bukti kesaksian luar indawi bagi setiap masalah mentalistik yang mengandung shidq (kebenaran) atau kidzib (kebohongan) sebagaimana pendapat para ahli mantik bahasa arab.
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Dikatakan unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, sedangkan universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Adapun beberapa ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di dunia, terutama bahasa Indonesia, adalah sebagai berikut: [27]
1.      Aspek bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain, terutama bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang banyak digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah:
·        Vokal panjang dianggap sebagai fonem (أُو ، ِي ، أَ ).
·        Bunyi tenggorokan (أصوات الحلق), yaitu ح dan ع
·        Bunyi tebal ( أصوات مطبقة), yaitu ض , ص , ط dan ظ .
·        Tekanan bunyi dalam kata atau stress (النبر )
·        Bunyi bilabial dental (شفوى أسنـانى ), yaitu ف
2.      Aspek  Kalimat
·        I’rob
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun berupa huruf sesuai dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi untuk membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat merubah pengertian kalimat tersebut.
Contoh:
ما أحسنَ خالداً  artinya alangkah baiknya si Khalid                         
ما أحسنُ خالدٍ    artinya apa yang baik pada si Khalid?      
ما أحسنَ خالدٌ   apa yang diperbuat baik oleh si Khalid        
·        Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu subyek, predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (تركيب) kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :
  • اسم + اسم                                  
  • فعل + اسم
·        Muthâbaqah (Kesesuaian)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab adalah diharuskannya muthâbaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk kalimat. Misalnya harus ada Muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal ‘adad (mufrad, mutsannâ dan jama’) dan dalam jenis (mudzakkar dan muannats), harus ada Muthâbaqah antara maushûf dan shifat dalam hal ‘adad, jenis, i’râb (rafa’, nashb, jar), dan nakirah serta ma’rifah-nya. Begitu juga harus ada Muthâbaqah antara hâl dan shâhib al-hâl dalam ‘adad dan jenisnya.

















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Bahasa Arab merupakan bahasa semit yang tetap eksis hingga sekarang karena posisinya sebagai bahasa Al Qur’an, dan sebagai bahasa agama(dalam shalat,dzikir,dan do’a). Disamping itu bahasa Arab sebagai  bahasa suku Quraisy yang sudah standar saat itu mampu mencapai kedewasaan dan kematangan, terbukti dari penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa sastra dan pemersatu pada masa Jahiliyyah. Bahasa Arab kini menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh watak dan karakteristik bahasa Arab yang elastis, menganut system analogi(qiyas) dan kaya dengan derivasi (isytiqoq) dan perbendaharaan kata(mufrodat).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas bahasa arab yang merupakan kelebihan dan tidak ada pada bahasa lainnya, diantaranya yaitu:
a.       Jumlah huruf sebanyak 28 huruf dengan makharij al-huruf (tempat keluarnya huruf) yang tidak ada dalam bahasa lainnya.
b.      I’rab yakni sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan tertentu, baik  itu rafa’, nashab, jar, maupun jazm yang terdapat pada isim (kata benda), dan juga pada fi’il (kata kerja).
c.       Ilmu ‘arudi (ilmu notasi syi’ir) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syi’ir berkembang dengan perkembangan sempurna.
d.      Bahasa ‘ammiyah dan fush-ha, bahasa ‘ammiyah digunakan dalam berinteraksi jual beli atau berkomunikasi dalam situasi non formal, sedangkan bahasa fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, serta bahasa resmi yang digunakan dalam percetakan.
e.       Adanya huruf dhad yang tidak ada pada bahasa lainnya.
f.        Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai dengan subjek yang yang menghubungkan dengan kata kerja tersebut.
g.       Tidak adanya kata yang bersyakal  dengan syakal yang sulit dibaca.
h.       Tidak adanya kata yang mempertemukan dua huruf mati secara langsung.
i.         Sedikit sekali kata-kata yang terdiri dari dua huruf (al-alfadz al-tsuna’iyyah), kebanyakan tiga huruf kemudian ketambahan lagi 1, 2, 3, atau 4 huruf.
B.     Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan
Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang eksistensi dan karakteristik bahasa Arab.













DAFTAR PUSTAKA


Akawi, Mahmud Jad . 1987. Al-Muhasah al Yawmiyyah bi al-Lughoh al ‘Arabiyah .
Al Hasyimiy, Ahmad. 1354 H . Al-Qawaa’id al Asasiyyah li Lughoh al-‘Arabiyyah. (Bairut: Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah).
Al Mannawi, Faid Al-Qadiir fi Syarh al Jami’ ash Shaghir, (Bairut: Dar al-Jail,1976).
Ash-Shiddieqy, Hasbi . 1975. Falsafah Hukum Islam. (Jakarta: Bulan Bintang).
Arsyad, Azhar. 2004.
Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Ibrahim ,Abdul ‘Alim. 1978. Al Muwajjih al Fanni li Mudarrisii al Lughoh al ‘Arabiyyah, (Al-Qahirah:Dar al Ma’arif).
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, cet. III., (Bandung: Humaniora.).
M.Echols, John dan Shadily, Hassan. 2006. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia).
Matsna Moh, Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab, dalam Jurnal Arabia Vol. I Nomor 1/April-September 1998. (Depok: Prodi Arab Fakultas Sastra UI, ‎‎1998).
Maulana, Ahmad dkk. 2004. Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut).
Wahab Rosyidi, Abd . 2011.
Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press).
Wise,Hilary. Arabic at Glance. 1987. (New York: Barron’s Educational Series, Inc,).


[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab di akses pada tanggal 10 juni 2014.
[2] Abdul ‘Alim Ibrahim, Al Muwajjih al Fanni li Mudarrisii al Lughoh al ‘Arabiyyah, (Al-Qahirah:Dar al Ma’arif,1978),48.
[3] Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,1975),57
[4] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011), 83.
[5] Hilary Wise, Arabic at Glance, (New York: Barron’s Educational Series,Inc, 1987),87
[6] Ibid
[7] Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, cet. III.,(Bandung:Humaniora. 2009).15-44

[8] AhmadAl Hasyimiy, Al-Qawaa’id al Asasiyyah li Lughoh al-‘Arabiyyah. (Bairut: Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah,1354 H),97.
[9] Al Mannawi, Faid Al-Qadiir fi Syarh al Jami’ ash Shaghir,(Bairut:Dar al-Jail,1976),124.
[10] Mahmud Jad Akawi, Al-Muhasah al Yawmiyyah bi al-Lughoh al ‘Arabiyah ,(Beirut: Dar al-jail,1987),45
[11] Abdul ‘Alim Ibrahim, Al Muwajjih al Fanni li Mudarrisii al Lughoh al ‘Arabiyyah, (Al-Qahirah:Dar al Ma’arif,1978),58
[12] Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,1975),56.
[13]Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004), 6-7.
[14]Ibrahim Anis, Al-Lughoh baina al Qawmiyyah wa al ‘Alamiyyah, (Mesir:Dar al Ma’arif,1970),123
[15] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011), 83.
[16] Al-Lughoh baina al Qawmiyyah wa al ‘Alamiyyah, (Mesir:Dar al Ma’arif,1970),120
[17] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004), 14.
[18] Baried Siti Barorah, Sumbangan Bahasa Arab Dalam Pertumbuhan Bahasa Indonesia, (Dalam al-Jami’ah 6.No.4,1967),18-22.
[19] Muhammad Natsir, Capita Selecta, (Jakarta,1976),18
[20] Al-Lughoh baina al Qawmiyyah wa al ‘Alamiyyah, (Mesir:Dar al Ma’arif,1970),120
[21] Ibid
[22] John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), 107.
[23] Ibid
[24] Ahmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Absolut, 2004), 202.
[25] Abd Wahab Rosyidi, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang:UIN Maliki Press,2011),.4.
[26] Usman Amin, Falsafah Al-Lughoh Al-‘arabiyah (Bandung: PSIBA Press, 1965),20.
[27] Moh. Matsna, Karakteristik dan Problematika Bahasa Arab, dalam Jurnal Arabia Vol. I Nomor 1/April-September 1998. (Depok: Prodi Arab Fakultas Sastra UI, 1998). 3-11
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kajian Universal - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger