beberapa soal dan jawaban tentang psikologi pendidikan
Soal
1. Bagaimana konsep dasar dari teori skinner,beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan konsep yang digagas skinner?
2. Bagaimana konsep dasar dari teori Albert Bandura,beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan konsep yang digagas Albert Bandura?
3. Pilihlah konsep teori belajar jelaskan bagaimana konsep dasar tersebut, beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang Cari pengalaman yang anda alami selama menjalani proses belajar mengajar psikologi belajar menurut beberapa teori di atas?
4. berhubungan dengan konsep tersebut?
JAWABAN
1. Bagaimana konsep dasar dari teori skinner,beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan konsep yang digagas skinner?
Menurut Skinner, hampir semua perilaku manusia diidentifikasi jatuh ke dalam dua kategori yaitu perilaku responden dan perilaku operan. Perilaku responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan lingkungan khusus. Agar perilaku responden terjadi, pertama perlu bahwa stimulus diterapkan pada organisme. Stimulus dari binatang kecil yang mengganggu terhadap mata akan menyebabkan mata berkedip, suatu peristiwa memalukan dapat menyebabkan anda bermuka merah, dan flash cahaya terang akan mengakibatkan anda berkedip mata. Itu beberapa perilaku kita adalah perilaku responden.
Sebagian besar perilaku kita adalah perilaku operan, yang tidak otomatis, dapat diprediksi, atau terkait dalam setiap cara yang dikenal dengan mudah diidentifikasi oleh rangsangan . Skinner percaya bahwa perilaku tertentu hanya terjadi, dan bahkan jika disebabkan oleh tertentu (tapi sulit untuk mengidentifikasi) rangsangan, rangsangan ini adalah tidak penting untuk mempelajari perilaku.
Kata "operan" menjelaskan seluruh sikap perilaku yang beroperasi pada lingkungan untuk menghasilkan peristiwa atau tanggapan dalam lingkungan. Jika kejadian atau tanggapan yang memuaskan, kemungkinan bahwa perilaku operant akan diulang biasanya meningkat.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu.
Baik perilaku responden dan operan bisa diajarkan dan dipelajari. Mengajar dan belajar prilaku responden mensyaratkan penyajian stimulus yang akan menyebabkan perilaku yang diinginkan terjadi, sedangkan perilaku operan adalah belajar melalui penguatan yang tepat (baik penguatann positif atau penguatan negatif) yang diberikan segera atau terjadi secara spontan perilaku operan. Pemberian penguatan kepada seseorang dari perilaku yang diinginkan biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa ia akan mengulangi perilaku tersebut. Jika penguatan berupa hukuman, diharapkan bahwa individu akan belajar untuk menahan diri dari hal yang tidak diinginkan.
Pengkondisian operan, sebagaimana ditentukan oleh Skinner, dapat digunakan untuk mempromosikan leaming oper-semut. Pengkondisian Operan untuk belajar operan dikendalikan dengan mengikuti suatu perilaku dengan suatu rangsangan. Rangsangan , yang disajikan setelah adanta tanggapan biasanya disebut penguatan. Hal ini dapat berupa penguatan positif atau negatif, karena baik positif maupun negatif dapat digunakan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan diulang.
Operant Response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu, perangsang yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan organisme.
Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1. Belajar itu adalah tingkah laku.
2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
5. Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.
6. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).
Penguatan dan Hukuman.
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Selain yang tersebut di atas juga ada jenis lain yaitu hukuman atau Punismentyang berarti Jika individu menunjukkan perilaku yang diharapkan (perilaku operan) maka hukuman diberikan, jika tidak memunculkan perilaku itu, maka hukuman dihentikan.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman
Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus Konsekuensi
Guru menguji murid Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
Aplikasi dalam Kehidupan Nyata
Aida, seorang perawat yang bekerja di Panti Wredha (Panti Jompo). Salah satu Nenek tampak relatif tenang dan pendiam, sebut saja Nek Nelly, oleh karena itu Perawat Aida fokus untuk meperhatikan Nenek-nenek atau mengerjakan tugas-tugasnya yang lain, namun ketika hal itu terjadi Nek Nelly akan mengamuk, dan mengacaukan seisi kamarnya, melihat hal itu Perawat Aida akan bergegas untuk memeluk Nek Nelly, menenangkannya dengan kata-kata yang lembut penuh kasih sayang. Hal itu berulang kali terjadi, dan setiap kali terjadi perawat Aida akan segera memeluk Nek Nelly.
Dari contoh diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya pelukan dan kata-kata lembut yang dibisikkan oleh perawat Aida merupakan perkuatan (reinforcement) positif atas perilaku Nek Nelly, sehingga Nek Nelly cenderung terus mengulangi perilaku mengamuknya.ketika perkuatan itu tidak lagi dimunculkan oleh Perawat Aida, kemungkinan perilaku mengamuk yang ditunjukkan oleh Nek Nelly pun akan berkurang, bahkan mungkin menghilang.
Contoh perilaku operan yang mengalami hukuman adalah: ada anak yang mendapatkan PR dari sang guru dia tidak mengerjakan PR tepat waktu maka dia di suruh berdiri di depan kelas sebagai konsekuensi akan perbuatannya,lalu pada kemudian hari dia mengerjakan tepat waktu maka di sang guru tidak memberi hukuman padanya
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
Ayat al-qur’an yang menerangkan tentang operant conditioning yaitu:
فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
So Allah gave them the reward of this world and the good reward of the Hereafter. And Allah loves the doers of good.Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ )٧(وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُفُّ عَبْدَ اللهِ وَ عُبَيْدَ اللهِ وَ كَثِيْرًا مِنْ بَنِيْ الْعَبَّاسِ ثُمَّ يَقُوْلُ مَنْ سَبَقَ اِلَيَّ فَلَهُ كَدَا وَ كَدَا قَالَ فَيَسْتَبِقُوْنَ اِلَيْهِ فَيَقَعُوْنَ عَلَى ظَهْرِهِ وَ صَدْرِهِ فَيَقَبَّلُهُمْ وَ يَلْزَمُهُمْ (رواه احمد )
Artinya:
“Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak paman beliau, Al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : “ Barang siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi penghargaan.” ( HR. Ahmad )
2. Bagaimana konsep dasar dari teori Albert Bandura,beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan konsep yang digagas Albert Bandura?
Teori belajar sosial koginitif Bandura menekankan kepada pentingnya modelling, dimana anak/pengamat mengikuti apa yang dilakukan oleh lingkungan sosialnya.Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain.
Secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu :
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Jenis – jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Kelemahan Teori Albert Bandura
Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.
Aplikasi Teori Belajar Bandura dalam Pembelajaran
Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
Dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajaran matematika. Misalnya seorang guru akan mengajarkan bagaimana menemukan volume dari balok. Disini dihadirkan/disediakan balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru memperagakan bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus volume balok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan menirukan bagaimana menentukan rumus volume balok, dan pembelajar harus mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari pembelajar untuk mempelajarinya.
Contohnya: Apabila kita mempunyai adik kecil, dan ingin mengajarkan agar dia terbiasa untuk selalu cuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan, maka kita dan lingkungan sosial adik kita (mama-papa) sendiri harus melakukan hal yang sama sebagai contoh untuknya. Sehingga, adik kita secara tidak sadar akan menerapkan kebiasaan mencuci tangan tersebut.
Ayat al-Qur’an yang ada korelasinya dengan teori Albert Bandura
telah digambarkan oleh Allah swt. Dalam kisa Qabil dan Habil, dimuat dalam surah al-Maidah ayat 30-31 sebagai berikut:
فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (30) فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ
Artinya:
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudarannya, sebab itu dibunuhnyala, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi (30) kemudian Allah swt menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya…. (QS. al-Maidah [5]: 30-31).
Peristiwa pembunuhan yang diikuti penguburan yang dilakukan didalamnya terhadap saudaranya (Habil), Gambaran pembelajaran itu dapat kita simak lewat tingkah laku burung gagak yang menggali tanah untuk mengubur gagak yang Perbuatan burung gagak itu ditiru oleh Qabil yang sedang bingung memikirkan apa yang akan dilakukannya terhadap mayat saudaranya, begitu besar hikmah yang diberikan Allah kepada pembunuh (Qabil) dengan menurunkan seekor burung gagak memberi contoh, sehingga Qabil menemui jalan keluar.
مـروا أولادكـم بـالصـلاة وهـم أبـنـاء سـبـع سـنـيـن واضـبـوهـم عـلـيـهـا وهـم أبـنـاء عـشـر سـنـيـن و فـرقـوا بـيـنـهـم فـى الـمـضـا خـع ) رواه أبـو داود(
Artinya:
Surulah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka” (H.R..Abǔ Dawǔd).
3. Pilihlah konsep teori belajar jelaskan bagaimana konsep dasar tersebut, beri contoh dan tulislah ayat Al-qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan konsep tersebut?
Saya memilih konsep belajar brunner,
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah;
1) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
2) Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
3) Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan .
Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu:
1) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan,
2) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar,
3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi,
4) motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.
Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya: Kognitif, Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal),
b. Pemahaman (menginterpretasikan),
c. Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah),
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep),
e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),
f. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
Contoh penerapan dalam pembelajaran
1.Pembelajaran menemukan rumus luas daerah persegi panjang?
Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegipanjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran.
a. Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
(a)
Untuk gambar a ukurannya: Panjang = 20 satuan , Lebar = 1 satuan
b ukurannya: Panjang = 10 satuan , Lebar = 2 satuan
c ukurannya: Panjang = 5 satuan , Lebar = 4 satuan
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut.
c. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas daerah persegi panjang L
maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan
Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatuapapun,dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.
Hadis yang berkenaan dengan evaluasi psikomotor ini terdapat pada HR. Al-Bukhari, yaitu:
“dari abu Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi SAW pernah masuk Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk pula dan shalat. Kemudian dia datang kepada Nabi dan mengucapkan salam. Kemudian Nabi berkata;”ulangi shalatmu lagi karena sesungguhnya kamu belum shalat. Laki-laki tersebut mengulangi shalatnya seperti shalatnya yang tadi Kemudian dia datang kepada Nabi dan mengucapkan salam. Kemudian Nabi berkata;”ulangi shalatmu lagi karena sesungguhnya kamu belum shalat. Laki-laki tersebut mengulangi shalatnya seperti shalatnya yang tadi. Kemudian dia datang kepada Nabi dan mengucapkan salam. Kemudian Nabi berkata;”ulangi shalatmu lagi karena sesungguhnya kamu belum shalat. Laki-laki tersebut mengulangi shalatnya seperti shalatnya yang tadi. Kemudian dia datang kepada Nabi dan mengucapkan salam. begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata;”demi Zat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik lagi daripada itu. Oleh karena itu ajarilah aku! Maka Nabi bersabda;”apabila kamu berdiri melakukan shalat, maka takbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga tuma’ninah, kemudian i’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam shalatmu”
Dalam hadis ini, Rasulullah saw menguji sahabat dalam mendirikan shalat, hal ini berada dalam wilayah psikomotor. Teknik yang digunakan observasi (non tes). Rasulullah saw mengamati perbuatan yang dilakukan oleh sahabat dalam shalatnya. Setelah rasulullah melihat ketidak sempurnaan shalat sahabatnya beliau lansung menyuruh mengulangi kembali hal ini memberikan kesempatan kepada sahabat untuk memperbaiki shalatnya sebelum dijelaskan sebagaimana semestinya. Setelah diberikan kesempatan untuk memperbaikinya ternyata hasilnya sama maka rasulullah baru memberitahukannya.
4. Cari pengalaman yang anda alami selama menjalani proses belajar mengajar psikologi belajar menurut beberapa teori ?
Pada awalnya mungkin saya adalah salah satu mahasiswa yang mengikuti teori behavioris,yakni dimana apa yang saya lakukan tergantung reward serta punishment dan penguat,fimana saya berharap apa yang saya lakukan dalam mempelajari mata kuliah ini mendapat reward.lambat laun pikiran itu menghilang sehingga menjadi social learning dimana ketika dosen saya yang dengan mudah menjelaskan mengenai suatu teori dan saya ingin meniru deliau dari gaya serta cara bicaranya.
Ketika pada waktu penyampaian materi saya analisis baik-baik dimana kemudian tidak serta merta saya mengiyakan konsep yang di sampaikan,kecuali jika teori tersebut sama dengan konsep yang saya baca dan konsep tersebut merupakan sesuatu yang rasional.konsep yang saya lakukan di atas biasa disebut konsep asimilasi dan akomodasi
Label:
Knowledge
+ komentar + 2 komentar
terima kasih sangat bermanfaat, kunjungi http://jendeladunia-mu.blogspot.co.id/ kumpulan makalah dan materi seputar dunia pendidikan
Maaf, saya susah untuk membaca artikel ini
Posting Komentar