BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Di dunia pendidikan
sudah tak asing lagi tentang proses belajar mengajar,dimana didalamnya terdapat
bebagai proses diantaranya adalah proses
ketika Dosen memberikan materi kepada mahasiswa melalui bahasanya. Keadaan ini
sangatlah urgen dalam dunia pengajaran karena bahasa pengantar dosen sangat
mempengaruhi tingkat pamahaman mahasiswa.
Di lain pihak gaya
belajar mahasiwa juga berpengaruh, para ahli di bidang pendidikan mencoba
mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar
belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Belajar memerlukan konsentrasi
yang tinggi agar dapat memahami konsep yang dipelajari. Situasi dan kondisi
untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika seseorang
dapat mengenali gaya belajar sendiri, maka orang tersebut dapat mengelola pada
kondisi apa, di mana, kapan dan bagaimana seseorang dapat memaksimalkan
belajar. Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar
dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan
cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut disebut
sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman,
jenis kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995) dan secara khusus melekat pada
setiap individu. Untuk mengidentifikasi kecenderungan gaya belajar, telah
dikembangkan beberapa model pengukuran di antaranya Kolb’s Learning Style
Inventory atau Kolb’s LSI (1981 dalam Adel et.al., 2001), Canfield’LSI (1983),
dan model Myers Briggs Type Indicators atau MBTI. Beberapa penelitian yang
bermaksud mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa menemukan bahwa mahasiswa
dengan gaya belajar tertentu menunjukkan prestasi yang lebih baik karena mereka
lebih puas selama mengikuti perkuliahan (Baker, et.al., 1987). Hasil lain
menunjukkan bahwa mahasiswa dengan gaya belajar yang mirip dengan bahasa
pengantar dosen pengampu matakuliah tertentu, cenderung memiliki kinerja yang
lebih baik atau lebih tinggi tingkat kepuasannya (Gaiger, 1992). Mahasiswa yang
memahami kecenderungan gaya belajarnya atau kecenderungan gaya belajarnya mirip
dengan bahasa pengantar dosen pengampu akan memiliki IPK yang tinggi.
Mengenali gaya belajar
sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan
mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih
efektif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata
kita memiliki cara belajar dan berpikir yang berbeda-beda. Kita akan merasa
lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun
orang lain merasa lebih baik dengan membaca bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya
akan optimal jika kita belajar langsung mempraktikkan apa yang akan dipelajari.
Bagaimana cara kita belajar akan mempengaruhi struktur otak.
Mahasiswa di Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab sangat kompleks dan berasal dari berbagai suku di
Indonesia. Dengan kondisi seperti ini tentu dosen sangat memeras keringat dalam
memberikan kuliah mengingat betapa sulitnya mengakomodasi gaya belajar
tiap-tiap mahasiswa. Kadang-kadang seorang dosen mengeluh mengapa materi yang
sudah disampaikan sulit diterima oleh mahasiswa. Oleh sebab itu perlu dicarikan jalan
keluar untuk menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan cara mengenali gaya
belajar
masing-masing mahasiswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal.
Tapi pada relitanya jarang sekali dosen yang memperhatikan bagaimana cara
penyampaian materinya kepada para mahasiswa padahal hal ini sangatlah urgen.
Oleh karena itu bagaimana
bahasa pengantar dosen bisa mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa dengan
macam-macam gaya belajarnya yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya.oleh
alasan tersebut maka penulis memilih judul : Pertautan antara bahasa pengantar
dosen dengan gaya belajar siswa.
- Identifikasi Masalah
1. Apa hakikat gaya belajar ?
2. Bagaimana macam-macam gaya belajar ?
3. Apa hakikat bahasa pengantar
?
4. Bagaimana koherensi antara bahasa pengantar dan gaya belajar?
- Tujuan pembahasan
1. Mendeskripsikan apa hakikat gaya belajar.
2. Menjelaskan dan memaparkan macam-macam gaya belajar.
3. Mendeskripsikan apa
hakikat bahasa pengantar
4. Menjelaskan dan memaparkan koherensi antara bahasa pengantar dan
gaya belajar
BAB II
Kajian Teoritis
A. Hakikat Gaya Belajar
Kemampuan seseorang
untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya.
Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Setiap individu
tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses
informasi dengan cara yang berbeda. Karenanya, mereka seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran
yang sama. Cara memproses informasi yang diperoleh dikenal dengan istilah
gaya belajar. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari berbagai
ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Menurut DePorter dan Hernacki
(2000:10) dinyatakan bahwa “Gaya belajar adalah kombinasi dari cara
seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah
informasi tersebut menjadi bermakna”. Sedangkan Kemp (1994) menyatakan
bahwa “Gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang
disukai yang mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut”.
B. Macam-macam gaya belajar
1. Gaya Belajar Visual
Siswa yang bergaya
belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri utama yaitu menggunakan
modalitas belajar dengan kekuatan indra mata. DePorter dan Hernacki
(2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar visual lebih dekat
dengan ciri seperti lebih suka mencoret-coret ketika berbicara di
telepon, berbicara dengan cepat, dan lebih suka melihat peta dari pada
mendengar penjelasan. Umumnya orang bergaya visual dalam menyerap
informasi menerapkan strategi visual yang kuat dengan gambar dan
ungkapan yang berciri visual. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan
bahwa strategi visual menurunkan aktivitas berciri ungkapan visual
seperti menggunakan peta konsep untuk menyatakan gagasan atau menggambar
sebuah sketsa, atau membuat charta, grafik, atau diagram.
Ciri-ciri gaya belajar
visual (DePorter dan Hernacki 2000:116) antara lain: rapi dan teratur,
bicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi,
tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat, dari pada
yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, pembaca cepat dan
tekun, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai
memilih katakata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato,
lebih suka musik dari pada seni, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi
verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya,
mencoret-coret tanpa arti selama menelepon/kuliah, suka membaca,
menonton film/tv, mengisi TTS, senang memperhatikan ekspresi orang saat
berbicara. Lebih mengingat wajah orang dibandingkan namanya, mengingat
kata dengan melihat susunan huruf pada kata.
2. Gaya Belajar Auditorial
Siswa yang bergaya
belajar auditorial dapat dikenali dari ciri-cirinya yang lebih banyak
menggunakan modalitas belajar dengan kekuatan indra pendengaran yakni
telinga. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang
bergaya belajar auditorial lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka
berbicara sendiri, lebih menyukai ceramah atau seminar dari pada membaca
buku, dan atau lebih suka berbicara dari pada menulis. De Porter dan
Hernacki (2000:119) menyatakan bahwa kata-kata khas yang digunakan oleh
orang auditorial dalam pembicaraan tidak jauh dari ungkapan “aku
mendengar apa yang kau katakan” dan kecepatan bicaranya sedang.
Dalam menyerap informasi
umumnya orang bergaya belajar auditorial menerapkan strategi pendengaran
yang kuat dengan suara dan ungkapan yang berciri pendengaran. Rose dan
Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa strategi auditorial menurunkan aktivitas
berciri ungkapan suara atau pendengaran seperti membaca sebuah informasi
keras-keras dengan cara dramatis. Dengan mengenal ciri-ciri siswa
auditorial di kelas akan memberikan pedoman pada guru untuk memilih
strategi pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat auditorial.
Untuk pembelajaran mata kuliah sosiolinguistik, dosen dapat menjelaskan implementasi
beberapa kasus atau fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menyuarakannya
didepan kelas.
Ciri-ciri gaya belajar
auditori (De Porter dan Hernacki 2000:118): Saat bekerja suka bicara
kepada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat,
merasa kesulitan untuk menulis (mengarang) namun hebat dalam bercerita,
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
lebih suka gurauan lisan daripada komik, berbicara dalam irama yang
terpola. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar,
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara, suka
mendengar radio, musik, sandiwara, debat, atau diskusi, mengungkapkan emosi
secara verbal (kata-kata) melalui perubahan nada bicara atau intonasi, ingat
dengan baik nama orang, tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang
lain dan mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Siswa yang bergaya
belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri utama yaitu menggunakan modalitas
belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. DePorter dan
Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar kinestetik lebih
dekat dengan ciri seperti saat berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan,
lebih menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk
diam.
Umumnya orang bergaya
belajar kinestetik dalam menyerap informasi menerapkan strategi fisikal dan
ekspresi yang berciri fisik. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa
strategi kinestetik menurunkan aktivitas berciri ekspresi fisik atau
keterlibatan langsung seperti siswa berjalan atau bergerak saat membaca atau
mendengar.
Implikasi mengenal ciri
dan strategi kinestetik bagi mahasiswa-mahasiswi di kelas memberikan pedoman
bagi dosen memilih pendekatan pembelajaran yang memberikan variasi yang
bersifat fisikal. Dalam pembelajaran sosiolinguistik para mahasiswa kita ajak
untuk larut dalam fenomena yang terjadi pada masyarakat umum yang berkaitan
dengan problema linguistik.
Ciri-ciri gaya belajar
kinestetik (DePorter dan Hernacki 2000:118): Berbicara perlahan, kadang-kadang
butuh waktu untuk berhenti dan berpikir sejenak setelah satu kalimat sebelum melanjutkan
pada kalimat berikutnya. Penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan
situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan
cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, menyukai
buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca,
menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali
jika pernah berada di tempat itu, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, dan tidak dapat duduk
tenang untuk waktu yang lama, serta membuat keputusan berdasarkan perasaan.
C. Bahasa pengantar
1. Pengertian Bahasa
Manusia adalah makhluk
sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi
dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan
eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan
berinteraksi ini membutuhkan
alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau
media. Terkadang
kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa
yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa itu,
maka kita mendapat kesan bahwa
apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus
bunyi yang di sana-sini
diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila
percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah
seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat
berupa: mengeluarkan lagi arus bunyi
yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan
tertentu. Dengan
demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Santoso, dkk. (2004:1.2) mengatakan
bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang
nyata atau tidak,
yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang
akan datang. Terkait dengan itu, Keraf (1986)
mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa
itu meliputi dua bidang yaitu: bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat
ucap dan arti atau makna
yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang
merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di
dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya arus bunyi itu kita namakan
arus-ujaran.
D. Hubungan bahasa pengantar dan gaya belajar
Kita ketahui bersama
perihal fungsi bahasa secara umum adalah media komunikasi tapi selain itu
menurut Hallyday (1992)
fungsi bahasa yang lain adalah Bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan
baik formal atau nonformal,
dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
BAB III
METODE
PENELITIAN
- Metode dan Alasan Penggunaan Metode
Penelitian ini akan
menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting ) (Sugiyono, 2011:14). Alasan menggunakan metode
ini adalah peneliti bermaksud mendapatkan pemahaman secara lebih mendalam
tentang gaya belajar (Sugiyono, 2011:399) serta bahasa pengantar.
- Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada mahasiswa PBA semester 4 pada MK sosiolinguistik.Waktu
penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan pada semester genap yaitu
bulan April s/d Juni 2014 sebanyak 7
kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk tiap-tiap pertemuan adalah 2 x
50 menit.
Penelitian ini
dilaksanakan pada semester IV (empat)
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai
kualitas dan karateristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2006). Selain
itu Nurul Zuriah (2007) mengatakan populasi adalah keseluruhan data yang
menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang
ditentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan faktor
manusianya. Jika setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya
atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Populasi penelitian ini
adalah seluruh mahasiswa pada mata
kuliah Sosiolinguistik pada semester empat tahun ajaran 2013/2014 yang
aktif kuliah yang terdiri dari 4 (kelas) dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 120 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
secara acak (cluster random sampling) sebanyak 40 orang, diperoleh
1 kelas dari kelas B.
Adapun
sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling pada mahasiswa
sosiolinguistik yang penyebarannya langsung dilakukan oleh peneliti.Dari total
angket yang berhasil dikumpulkan dan dapat
digunakan sebagai data penelitian adalah 30
angket. Selebihnya, angket yang kembali tapi tidak dapat digunakan sebagai data
penelitian karena pengisian tidak lengkap, dan tidak diisi sama sekali. Jenis
data yang digunakan adalah data yang berasal dari mahasiswa melalui angket gaya
belajar. Analisis data yang digunakan adalah: Analisis diskriptif, preferensi
gaya belajar dan bahasa pengantar.
Selain
penyebaran angket peneliti menngunakan metode wawancara untuk mendapatkan
informasi secara jelas dari sampel yang di teliti.
BAB IV
SAJIAN DATA
A.
Deskripsi informasi
Seperti yang telah di jelaskan di awal
mengenai ciri-ciri gaya belajar mahasiwa baik visual, auditorial, maupun
kinestetik. Berdasarkan angket yang di sebar di peroleh data bahwa mayoritas
dari mahasiswa PBA semester 4 memiliki kecenderungan gaya belajar visual
daripada berupa audirorial serta kinestetik. Meskipun seperti itu banyak juga
kalangan mahasiswa yang mempunyai gaya belajar campuran atau gabungan ketiga
macam gaya belajar.
Peneliti menggunakan pengamatan dalam
meneliti bagaimana bahasa pengantar dosen dalam menyampaikan materi yang harus
beliau sampaikan.
B.
Deskripsi hasil analisis
data
Mengenai data yang bertajuk tema gaya
belajar mahasiswa di peroleh data yang menyatakan kecenderungan mahasiswa akan
gaya belajar yang bersifat visual dan
selain itu diperoleh hasil bahwa bahasa pengantar yang di pakai oleh dosen
ketika memberikan materi menggunakan gabungan 3 hal yakni visual,auditorial,
maupun kinestetik, yang meskipun pada hakikatnya lebih cenderung pada
auditorial.
Bahwasannya dengan ciri-ciri yang sudah di
jelaskan oleh peneliti baik dalam hal fisik maupun psikis kita bisa menentukan
bagaimana gaya belajarnya misalnya :
1.
Apakah Dia termasuk orang
yang sangat memperhatikan penampilan
2.
Lebih suka melakukan pidato
daripada demonstrasi, atau
3.
Dia lebih suka membaca dari
pada di bacakan.
Dari jawaban yang diperoleh melalui angket
dan wawancara bisa di tentukan bahwa anak-anak yang memiliki ciri-ciri rapi
dan teratur, bicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam
berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada
dibacakan, lebih suka melakukan
demonstrasi dari pada pidato, lebih suka musik dari pada seni merupakan
cirikhas anak dengan gaya belajar visual.
Ciri khas yang dimiliki anak dengan gaya belajar auditorial adalah
Ketika guru menerangkan materi dia langsung faham meski hanya mendengar saja
tanpa mencatat, Mampu me-review ulang informasi yang di dengar, lebih menyukai
mendegarkan ceramah daripada membaca buku, suka dengan pujian dan sanjungan, Apakah
anda termasuk orang yang mengalami kesulitan ketika mengarang,Terganggu dan
terpengaruh dengan dengan suara oran lain, Lebih suka gurauan lisan daripada
komik, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Sedangkan perihal ciri auditorial adalah Menurutnya tidak mengapa
mengulangi kesalahan yang sama, termasuk karakter orang yang sangat sensitif,
lebih suka berfikir dengan bergerak atau berjalan, lebih menggerakkan anggota
tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk diam berjalan atau bergerak
saat membaca atau mendengar, Suka menyentuh berbagai macam benda.
Kategori di atas telah di cari informasinya oleh peneliti melalui
penyebaran amgket dan wawancara.
Mengenai bahasa pengantar yang ada bahwasaanya dosen lebih sering
ceramah yang mana hanya merangsan auditorial kita, akan tetapi kadankala dosen
juga melakukan ekspresi-ekspresi khusus yang merangang sistem visual kita dan
melakukan gerakan-gerakan yang mana kita bisa hanyut di dalamnya.
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat koherensi antara gaya belajar mahasiswa denganstrategi
pembelajaran yang dalam hal ini adalah
bahasa pengantr dosen.
Mayer dan Massa (2003)
menemukan bahwa preferensi belajar mahasiswa mempengaruhi kesuksesan belajar mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemui ketidaktepatan antara model
pembelajaran yang dipakai oleh dosen dengan preferensi siswa dalam
belajar. Dennis (2003) misalnya,
mengatakan bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen pada
berbagai pendekatan seringkali bersifat intuitif, verbal, deduktif, sekuensial,
cenderung berorientasi pada satu model antara antara pasif atau reflektif,
sedangkan siswa lebih banyak yang berorientasi pada sensing, visual, induktif,
sekuensial dan menyukai keseimbangan antara model aktif dan reflektif.
Pada tataran tertentu
mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk memilih perkuliahan yang sesuai
dengan tipe belajarnya karena kelas tidak dibagi menjadi kelas yang menerapkan
pembelajaran metode ceramah tanpa memasukkan unsur visual serta kinestetik.
Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan strategi
pembelajaran yang ditawarkan dosen meski
tidak mewadahi gaya belajarnya. Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan
survei kepada responden penelitian. Responden penelitian adalah sebagai
mahasiswa aktif Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.. Gaya
belajar diukur dengan menggunakan Skala Sikap terhadap Pembelajaran Berbasis
Mahasiswa (SCL).
Pembelajaran berpusat pada
mahasiswa (Student Centred Learning/SCL) pada literatur merupakan kata
yang bersifat luas yang biasanya dikaitkan dengan pembelajaran fleksibel
(Mayer & Massa, 2003), pembelajaran berbasis pengalaman (Burnard,
1999), atau self directed learning (O’Neiil dan McMahon, 2005).
Terminologi SCL sendiri diperkenalkan oleh Hayward dan dipertegas
penggunaannya dalam menjelaskan proses pembelajaran oleh John Dewey pada
tahun 1956. Rogers (1983) menjelaskan bahwa SCL merupakan hasil
dari transisi perpindahan
kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan
dosen sebagai pakar menjadi
kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak
harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi
pasif, bosan dan resisten.
Oleh
karena itu bisa kita ketahui bersama bahwasanya telah terjadi koherensi antara
bahasa pengantar dan gaya belajar yang mana akan sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran dan kepahaman masiswa terhadap materi yang di sampaikan.
BAB VI
PENUTUP
- Kesimpulan
Bahasa
pengantar dosen dalam menyampaikan materi yang sesuai dengan gaya belajar
mahasiswanya sangat memiliki pengaruh dalam memahami materi yang di sampaikan.
Ketika
bahasa pengantar yang di gunakan sesuai maka akan lebih mudah bagi mahasiswa
untuk menyerap informasi dan memahami materi yang ada. Sebaliknya, ketika
bahasa pengantar yang di gunakan bertolak belakang dengan gaya belajar para
mahasiswa maka yang ada adalah para mahasiswa
enggan untuk memperhatikan dosen dalam menyampaikan materi yang akan
berdampak ketidakpahamannya terhadap materi kuliah.
- Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang
lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca
literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.
Dengan demikian pula diharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, agar jurnal ini
dapat memberikan pengetahuan tentang pertautan antara bahasa pengantar dengan
gaya belajar mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Burnard, P. (1999). Carl Rogers and postmodernism:
Challenges in nursing and health sciences. Nursing & Health Sciences, 1(4),
241‐247.
DePorter, B., & Hernacki. (1992). Quantum
Learning. (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaya. 1992. Bahasa,
Konteks, dan Teks. Terjemahan oleh Asraruddin B. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Mayer, R. E., & Massa, L. J. (2003). Three Facets
of Visual and Verbal Learners: Cognitive Ability, Cognitive Style, and Learning
Preference. [doi:]. Journal of Educational Psychology, 95(4), 833‐846.
O’Neill, G., & McMahon, T. (2005). Student‐centred learning: What does it
mean for students and lecturers? In G.O’Neill, S. Moore & B. McMullin
(Eds.), Emerging Issues in the Practice of University Learning and Teaching.
Dubin: : All Ireland Society for Higher Education.
Rogers, C. R. (1983). As a teacher, can I be
myself? In Freedom to Learn for the 80’s. Ohio: Charles E. Merrill
Publishing Company.
Rule, D. L., & Grisemer, B. A. (1996). Relationships
between Harter's scale of intrinsic versus extrinsic orientation and
Bandura's scale of selfefficacy for selfregulated learning.
Paper presented at the The Annual Meeting of the Eastern Educational Research
Association.
Santoso, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Syamsuddin (2006). Metodologi Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syukur, Freddy Faldi. (2010). Menjadi Guru Dasyat Guru yang
Memikat. Bandung: Simbiosa Rekatama Rekatama Media.
Lampiran
Angket mengenai gaya belajar mahasiswa
Nama :
Jenis kelamin :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan ketentuan
A = Ya
B =Sering
C = Kadang-
kadang
D = Tidak
No
|
Kepribadian
|
Ket
|
1
|
Apakah anda termasuk orang yang
sangat memperhatikan penampilan
|
|
2
|
Apakah anda sering mempunyai
masalah dengan kemampuan auditori yang anda punya
|
|
3
|
Ketika guru menerangkan harus
bisa di visualkan anda baru bisa memahami pelajaran
|
|
4
|
Lebih suka melakukan pidato
daripada demonstrasi
|
|
5
|
Anda lebih suka membaca dari
pada di bacakan
|
|
6
|
Anda mencoret-coret tanpa arti
ketika telpon
|
|
7
|
mempunyai masalah untuk
mengingat instruksi verbal
|
|
8
|
Ketika guru menerangkan materi
anda langsung faham meski hanya mendengar saja tanpa mencatat
|
|
9
|
Mampu me-review ulang informasi
yang anda dengar
|
|
10
|
Anda lebih menyukai mendegarkan
ceramah daripada membaca buku
|
|
11
|
Apakah anda suka dengan pujian
dan sanjungan
|
|
12
|
Apakah anda termasuk orang yang
mengalai kesulitan ketika mengarang
|
|
13
|
Terganggu dan terpengaruh
dengan dengan suara oran lain
|
|
14
|
Lebih suka gurauan lisan
daripada komik
|
|
15
|
suka berdiskusi dan menjelaskan
sesuatu panjang lebar
|
|
16
|
Menurut anda tidak mengapa
mengulangi kesalahan yang sama
|
|
17
|
Apakah anda termasuk karakter
orang yang sangat sensitif
|
|
18
|
Anda lebih suka berfikir dengan
bergerak atau berjalan
|
|
19
|
lebih menggerakkan anggota
tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk diam
|
|
20
|
berjalan atau bergerak saat membaca atau mendengar.
|
|
21
|
Suka menyentuh berbagai macam
benda
|
|
Posting Komentar