Jurnal Penelitian Bahasa dalam Perspektif Sensory Aquity


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Di dunia pendidikan sudah tak asing lagi tentang proses belajar mengajar,dimana didalamnya terdapat bebagai proses diantaranya adalah  proses ketika Dosen memberikan materi kepada mahasiswa melalui bahasanya. Keadaan ini sangatlah urgen dalam dunia pengajaran karena bahasa pengantar dosen sangat mempengaruhi tingkat pamahaman mahasiswa.
Di lain pihak gaya belajar mahasiwa juga berpengaruh, para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Belajar memerlukan konsentrasi yang tinggi agar dapat memahami konsep yang dipelajari. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Jika seseorang dapat mengenali gaya belajar sendiri, maka orang tersebut dapat mengelola pada kondisi apa, di mana, kapan dan bagaimana seseorang dapat memaksimalkan belajar. Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut disebut sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis (Philibin, et.al., 1995) dan secara khusus melekat pada setiap individu. Untuk mengidentifikasi kecenderungan gaya belajar, telah dikembangkan beberapa model pengukuran di antaranya Kolb’s Learning Style Inventory atau Kolb’s LSI (1981 dalam Adel et.al., 2001), Canfield’LSI (1983), dan model Myers Briggs Type Indicators atau MBTI. Beberapa penelitian yang bermaksud mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa menemukan bahwa mahasiswa dengan gaya belajar tertentu menunjukkan prestasi yang lebih baik karena mereka lebih puas selama mengikuti perkuliahan (Baker, et.al., 1987). Hasil lain menunjukkan bahwa mahasiswa dengan gaya belajar yang mirip dengan bahasa pengantar dosen pengampu matakuliah tertentu, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik atau lebih tinggi tingkat kepuasannya (Gaiger, 1992). Mahasiswa yang memahami kecenderungan gaya belajarnya atau kecenderungan gaya belajarnya mirip dengan bahasa pengantar dosen pengampu akan memiliki IPK yang tinggi.
Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata kita memiliki cara belajar dan berpikir yang berbeda-beda. Kita akan merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun orang lain merasa lebih baik dengan membaca bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika kita belajar langsung mempraktikkan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara kita belajar akan mempengaruhi struktur otak.
Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab sangat kompleks dan berasal dari berbagai suku di Indonesia. Dengan kondisi seperti ini tentu dosen sangat memeras keringat dalam memberikan kuliah mengingat betapa sulitnya mengakomodasi gaya belajar tiap-tiap mahasiswa. Kadang-kadang seorang dosen mengeluh mengapa materi yang sudah disampaikan sulit diterima oleh mahasiswa. Oleh sebab itu perlu dicarikan jalan keluar untuk menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan cara mengenali gaya belajar masing-masing mahasiswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. Tapi pada relitanya jarang sekali dosen yang memperhatikan bagaimana cara penyampaian materinya kepada para mahasiswa padahal hal ini sangatlah urgen.
Oleh karena itu bagaimana bahasa pengantar dosen bisa mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa dengan macam-macam gaya belajarnya yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya.oleh alasan tersebut maka penulis memilih judul : Pertautan antara bahasa pengantar dosen dengan gaya belajar siswa.
  1. Identifikasi Masalah
1.      Apa hakikat gaya belajar ?
2.      Bagaimana macam-macam gaya belajar ?
3.      Apa hakikat bahasa pengantar  ?
4.      Bagaimana koherensi antara bahasa pengantar dan gaya belajar?
  1. Tujuan pembahasan
1.      Mendeskripsikan apa hakikat gaya belajar.
2.      Menjelaskan dan memaparkan macam-macam gaya belajar.
3.       Mendeskripsikan apa hakikat bahasa pengantar
4.      Menjelaskan dan memaparkan koherensi antara bahasa pengantar dan gaya belajar























BAB II
Kajian Teoritis

A.    Hakikat Gaya Belajar
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Setiap individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi dengan cara yang berbeda. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Cara memproses informasi yang diperoleh dikenal dengan istilah gaya belajar. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari berbagai ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Menurut DePorter dan Hernacki (2000:10) dinyatakan bahwa “Gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna”. Sedangkan Kemp (1994) menyatakan bahwa “Gaya belajar adalah cara mengenali berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi siswa tersebut”.
B.     Macam-macam gaya belajar
1.      Gaya Belajar Visual
Siswa yang bergaya belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri utama yaitu menggunakan modalitas belajar dengan kekuatan indra mata. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar visual lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka mencoret-coret ketika berbicara di telepon, berbicara dengan cepat, dan lebih suka melihat peta dari pada mendengar penjelasan. Umumnya orang bergaya visual dalam menyerap informasi menerapkan strategi visual yang kuat dengan gambar dan ungkapan yang berciri visual. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa strategi visual menurunkan aktivitas berciri ungkapan visual seperti menggunakan peta konsep untuk menyatakan gagasan atau menggambar sebuah sketsa, atau membuat charta, grafik, atau diagram.
Ciri-ciri gaya belajar visual (DePorter dan Hernacki 2000:116) antara lain: rapi dan teratur, bicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, pembaca cepat dan tekun, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih katakata, lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka musik dari pada seni, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya, mencoret-coret tanpa arti selama menelepon/kuliah, suka membaca, menonton film/tv, mengisi TTS, senang memperhatikan ekspresi orang saat berbicara. Lebih mengingat wajah orang dibandingkan namanya, mengingat kata dengan melihat susunan huruf pada kata.
2.      Gaya Belajar Auditorial
Siswa yang bergaya belajar auditorial dapat dikenali dari ciri-cirinya yang lebih banyak menggunakan modalitas belajar dengan kekuatan indra pendengaran yakni telinga. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar auditorial lebih dekat dengan ciri seperti lebih suka berbicara sendiri, lebih menyukai ceramah atau seminar dari pada membaca buku, dan atau lebih suka berbicara dari pada menulis. De Porter dan Hernacki (2000:119) menyatakan bahwa kata-kata khas yang digunakan oleh orang auditorial dalam pembicaraan tidak jauh dari ungkapan “aku mendengar apa yang kau katakan” dan kecepatan bicaranya sedang.
Dalam menyerap informasi umumnya orang bergaya belajar auditorial menerapkan strategi pendengaran yang kuat dengan suara dan ungkapan yang berciri pendengaran. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa strategi auditorial menurunkan aktivitas berciri ungkapan suara atau pendengaran seperti membaca sebuah informasi keras-keras dengan cara dramatis. Dengan mengenal ciri-ciri siswa auditorial di kelas akan memberikan pedoman pada guru untuk memilih strategi pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat auditorial. Untuk pembelajaran mata kuliah sosiolinguistik, dosen dapat menjelaskan implementasi beberapa kasus atau fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menyuarakannya didepan kelas.
Ciri-ciri gaya belajar auditori (De Porter dan Hernacki 2000:118): Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, merasa kesulitan untuk menulis (mengarang) namun hebat dalam bercerita, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, lebih suka gurauan lisan daripada komik, berbicara dalam irama yang terpola. Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara, suka mendengar radio, musik, sandiwara, debat, atau diskusi, mengungkapkan emosi secara verbal (kata-kata) melalui perubahan nada bicara atau intonasi, ingat dengan baik nama orang, tidak melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang lain dan mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual.
3.      Gaya Belajar Kinestetik
Siswa yang bergaya belajar visual dapat dilihat dari ciri-ciri utama yaitu menggunakan modalitas belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. DePorter dan Hernacki (2000:117) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar kinestetik lebih dekat dengan ciri seperti saat berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, lebih menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk diam.
Umumnya orang bergaya belajar kinestetik dalam menyerap informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri fisik. Rose dan Nicholl (2002:136) menyatakan bahwa strategi kinestetik menurunkan aktivitas berciri ekspresi fisik atau keterlibatan langsung seperti siswa berjalan atau bergerak saat membaca atau mendengar.
Implikasi mengenal ciri dan strategi kinestetik bagi mahasiswa-mahasiswi di kelas memberikan pedoman bagi dosen memilih pendekatan pembelajaran yang memberikan variasi yang bersifat fisikal. Dalam pembelajaran sosiolinguistik para mahasiswa kita ajak untuk larut dalam fenomena yang terjadi pada masyarakat umum yang berkaitan dengan problema linguistik.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik (DePorter dan Hernacki 2000:118): Berbicara perlahan, kadang-kadang butuh waktu untuk berhenti dan berpikir sejenak setelah satu kalimat sebelum melanjutkan pada kalimat berikutnya. Penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika pernah berada di tempat itu, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, dan tidak dapat duduk tenang untuk waktu yang lama, serta membuat keputusan berdasarkan perasaan.
C.    Bahasa pengantar
1.      Pengertian Bahasa
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa menjadi alat, sarana atau media. Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu, maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya dapat berupa: mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan tertentu. Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Santoso, dkk. (2004:1.2) mengatakan bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang. Terkait dengan itu, Keraf (1986) mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa itu meliputi dua bidang yaitu: bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya arus bunyi itu kita namakan arus-ujaran.
D.    Hubungan bahasa pengantar dan gaya belajar
Kita ketahui bersama perihal fungsi bahasa secara umum adalah media komunikasi tapi selain itu menurut Hallyday (1992) fungsi bahasa yang lain adalah  Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.






















BAB III
METODE PENELITIAN

  1. Metode dan Alasan Penggunaan Metode
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting ) (Sugiyono, 2011:14). Alasan menggunakan metode ini adalah peneliti bermaksud mendapatkan pemahaman secara lebih mendalam tentang gaya belajar (Sugiyono, 2011:399) serta bahasa pengantar.

  1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa PBA semester 4 pada MK sosiolinguistik.Waktu penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan pada semester genap yaitu bulan April  s/d Juni 2014 sebanyak 7 kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk tiap-tiap pertemuan adalah 2 x 50 menit.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester IV (empat)  Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2006). Selain itu Nurul Zuriah (2007) mengatakan populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan faktor manusianya. Jika setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa  pada mata kuliah Sosiolinguistik pada semester empat tahun ajaran 2013/2014 yang aktif kuliah yang terdiri dari 4 (kelas) dengan jumlah keseluruhan sebanyak 120 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random sampling) sebanyak 40 orang, diperoleh 1 kelas dari kelas B.
Adapun sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling pada mahasiswa sosiolinguistik yang penyebarannya langsung dilakukan oleh peneliti.Dari total angket yang berhasil dikumpulkan dan dapat digunakan sebagai data penelitian adalah 30 angket. Selebihnya, angket yang kembali tapi tidak dapat digunakan sebagai data penelitian karena pengisian tidak lengkap, dan tidak diisi sama sekali. Jenis data yang digunakan adalah data yang berasal dari mahasiswa melalui angket gaya belajar. Analisis data yang digunakan adalah: Analisis diskriptif, preferensi gaya belajar dan bahasa pengantar.
Selain penyebaran angket peneliti menngunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi secara jelas dari sampel yang di teliti.



















BAB IV
SAJIAN DATA

A.     Deskripsi informasi
Seperti yang telah di jelaskan di awal mengenai ciri-ciri gaya belajar mahasiwa baik visual, auditorial, maupun kinestetik. Berdasarkan angket yang di sebar di peroleh data bahwa mayoritas dari mahasiswa PBA semester 4 memiliki kecenderungan gaya belajar visual daripada berupa audirorial serta kinestetik. Meskipun seperti itu banyak juga kalangan mahasiswa yang mempunyai gaya belajar campuran atau gabungan ketiga macam gaya belajar.
Peneliti menggunakan pengamatan dalam meneliti bagaimana bahasa pengantar dosen dalam menyampaikan materi yang harus beliau sampaikan.
B.      Deskripsi hasil analisis data
Mengenai data yang bertajuk tema gaya belajar mahasiswa di peroleh data yang menyatakan kecenderungan mahasiswa akan gaya belajar yang bersifat visual  dan selain itu diperoleh hasil bahwa bahasa pengantar yang di pakai oleh dosen ketika memberikan materi menggunakan gabungan 3 hal yakni visual,auditorial, maupun kinestetik, yang meskipun pada hakikatnya lebih cenderung pada auditorial.
Bahwasannya dengan ciri-ciri yang sudah di jelaskan oleh peneliti baik dalam hal fisik maupun psikis kita bisa menentukan bagaimana gaya belajarnya misalnya :
1.       Apakah Dia termasuk orang yang sangat memperhatikan penampilan
2.       Lebih suka melakukan pidato daripada demonstrasi, atau
3.       Dia lebih suka membaca dari pada di bacakan.
Dari jawaban yang diperoleh melalui angket dan wawancara bisa di tentukan bahwa anak-anak yang memiliki ciri-ciri rapi dan teratur, bicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada dibacakan,  lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, lebih suka musik dari pada seni merupakan cirikhas anak dengan gaya belajar visual.
Ciri khas yang dimiliki anak dengan gaya belajar auditorial adalah Ketika guru menerangkan materi dia langsung faham meski hanya mendengar saja tanpa mencatat, Mampu me-review ulang informasi yang di dengar, lebih menyukai mendegarkan ceramah daripada membaca buku, suka dengan pujian dan sanjungan, Apakah anda termasuk orang yang mengalami kesulitan ketika mengarang,Terganggu dan terpengaruh dengan dengan suara oran lain, Lebih suka gurauan lisan daripada komik, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Sedangkan perihal ciri auditorial adalah Menurutnya tidak mengapa mengulangi kesalahan yang sama, termasuk karakter orang yang sangat sensitif, lebih suka berfikir dengan bergerak atau berjalan, lebih menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk diam berjalan atau bergerak saat membaca atau mendengar, Suka menyentuh berbagai macam benda.
Kategori di atas telah di cari informasinya oleh peneliti melalui penyebaran amgket dan wawancara.
Mengenai bahasa pengantar yang ada bahwasaanya dosen lebih sering ceramah yang mana hanya merangsan auditorial kita, akan tetapi kadankala dosen juga melakukan ekspresi-ekspresi khusus yang merangang sistem visual kita dan melakukan gerakan-gerakan yang mana kita bisa hanyut di dalamnya.


BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat koherensi antara gaya belajar mahasiswa denganstrategi pembelajaran yang dalam hal ini adalah  bahasa pengantr dosen. 
Mayer dan Massa (2003) menemukan bahwa preferensi belajar mahasiswa mempengaruhi kesuksesan belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemui ketidaktepatan antara model pembelajaran yang dipakai oleh dosen dengan preferensi siswa dalam
belajar. Dennis (2003) misalnya, mengatakan bahwa proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen pada berbagai pendekatan seringkali bersifat intuitif, verbal, deduktif, sekuensial, cenderung berorientasi pada satu model antara antara pasif atau reflektif, sedangkan siswa lebih banyak yang berorientasi pada sensing, visual, induktif, sekuensial dan menyukai keseimbangan antara model aktif dan reflektif.
Pada tataran tertentu mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk memilih perkuliahan yang sesuai dengan tipe belajarnya karena kelas tidak dibagi menjadi kelas yang menerapkan pembelajaran metode ceramah tanpa memasukkan unsur visual serta kinestetik. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen  meski tidak mewadahi gaya belajarnya. Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan survei kepada responden penelitian. Responden penelitian adalah sebagai mahasiswa aktif Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.. Gaya belajar diukur dengan menggunakan Skala Sikap terhadap Pembelajaran Berbasis Mahasiswa (SCL).
Pembelajaran berpusat pada mahasiswa (Student Centred Learning/SCL) pada literatur merupakan kata yang bersifat luas yang biasanya dikaitkan dengan pembelajaran fleksibel (Mayer & Massa, 2003), pembelajaran berbasis pengalaman (Burnard, 1999), atau self directed learning (O’Neiil dan McMahon, 2005). Terminologi SCL sendiri diperkenalkan oleh Hayward dan dipertegas penggunaannya dalam menjelaskan proses pembelajaran oleh John Dewey pada tahun 1956. Rogers (1983) menjelaskan bahwa SCL merupakan hasil
dari transisi perpindahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan
dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.
            Oleh karena itu bisa kita ketahui bersama bahwasanya telah terjadi koherensi antara bahasa pengantar dan gaya belajar yang mana akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kepahaman masiswa terhadap materi yang di sampaikan.





















BAB VI
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Bahasa pengantar dosen dalam menyampaikan materi yang sesuai dengan gaya belajar mahasiswanya sangat memiliki pengaruh dalam memahami materi yang di sampaikan.
Ketika bahasa pengantar yang di gunakan sesuai maka akan lebih mudah bagi mahasiswa untuk menyerap informasi dan memahami materi yang ada. Sebaliknya, ketika bahasa pengantar yang di gunakan bertolak belakang dengan gaya belajar para mahasiswa maka yang ada adalah para mahasiswa  enggan untuk memperhatikan dosen dalam menyampaikan materi yang akan berdampak ketidakpahamannya terhadap materi kuliah. 
  1. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.
Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, agar jurnal ini dapat memberikan pengetahuan tentang pertautan antara bahasa pengantar dengan gaya belajar mahasiswa.










DAFTAR PUSTAKA

Burnard, P. (1999). Carl Rogers and postmodernism: Challenges in nursing and health sciences. Nursing & Health Sciences, 1(4), 241247.
DePorter, B., & Hernacki. (1992). Quantum Learning. (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaya. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks. Terjemahan oleh Asraruddin B. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mayer, R. E., & Massa, L. J. (2003). Three Facets of Visual and Verbal Learners: Cognitive Ability, Cognitive Style, and Learning Preference. [doi:]. Journal of Educational Psychology, 95(4), 833846.
O’Neill, G., & McMahon, T. (2005). Studentcentred learning: What does it mean for students and lecturers? In G.O’Neill, S. Moore & B. McMullin (Eds.), Emerging Issues in the Practice of University Learning and Teaching. Dubin: : All Ireland Society for Higher Education.
Rogers, C. R. (1983). As a teacher, can I be myself? In Freedom to Learn for the 80’s. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.
Rule, D. L., & Grisemer, B. A. (1996). Relationships between Harter's scale of intrinsic versus extrinsic orientation and Bandura's scale of selfefficacy for selfregulated learning. Paper presented at the The Annual Meeting of the Eastern Educational Research Association.
Santoso, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Syamsuddin (2006). Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syukur, Freddy Faldi.  (2010). Menjadi Guru Dasyat Guru yang Memikat. Bandung: Simbiosa Rekatama Rekatama Media.




Lampiran
Angket mengenai gaya belajar mahasiswa
Nama   :
Jenis kelamin   :
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan ketentuan
            A = Ya
            B =Sering
            C = Kadang- kadang
            D = Tidak
No
Kepribadian
Ket
1
Apakah anda termasuk orang yang sangat memperhatikan penampilan

2
Apakah anda sering mempunyai masalah dengan kemampuan auditori yang anda punya

3
Ketika guru menerangkan harus bisa di visualkan anda baru bisa memahami pelajaran

4
Lebih suka melakukan pidato daripada demonstrasi

5
Anda lebih suka membaca dari pada di bacakan

6
Anda mencoret-coret tanpa arti ketika telpon

7
mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal

8
Ketika guru menerangkan materi anda langsung faham meski hanya mendengar saja tanpa mencatat

9
Mampu me-review ulang informasi yang anda dengar

10
Anda lebih menyukai mendegarkan ceramah daripada membaca buku

11
Apakah anda suka dengan pujian dan sanjungan

12
Apakah anda termasuk orang yang mengalai kesulitan ketika mengarang

13
Terganggu dan terpengaruh dengan dengan suara oran lain

14
Lebih suka gurauan lisan daripada komik

15
suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar

16
Menurut anda tidak mengapa mengulangi kesalahan yang sama

17
Apakah anda termasuk karakter orang yang sangat sensitif

18
Anda lebih suka berfikir dengan bergerak atau berjalan

19
lebih menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk duduk diam

20
berjalan atau bergerak saat membaca atau mendengar.


21
Suka menyentuh berbagai macam benda


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kajian Universal - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger