BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
sampai
saat ini Ilmu Linguistik masih dianggap sulit oleh sebagian besar manusia.
Padahal Ilmu Linguistik bersifat umum yang hanya mengkaji sebuah bahasa saja,
melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa Ilmu Linguistik umum merupakan media komunikasi penting yang
bersifat komunikatif.
Sebagian
besar manusia mempunyai anggapan bahwa Ilmu Linguistik itu sulit dan hal itu
perlu segera ditepis. Masalahnya sekarang, sampai saat ini panduan Ilmu
Linguistik umum yang benar-benar dan detail masih sangat sulit untuk ditemukan.
Padahal buku jenis Ilmu Linguistik akan sangat membantu para penulis pemula
untuk mulai mengasah kemampuan.
Problematika
diatas perlu segera dipecahkan, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah
menyajikan makalah tentang ke Ilmuan Linguistik Umum.. Secara umum makalah ini
dapat dikategorikan kedalam bagian besar yakni pembahasan objek keilmuan
Linguistik.
B. Rumusan Masalah
Beberapa
hal yang kami bahas dalam makalah ini, yakni:
1. Apa
pengertian Linguistik?
2.
Apa saja yang termasuk objek kajian Linguistik?
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengertian linguistik dari berbagai
ahli atau sumber yang berbeda;
2. Untuk
mengetahui beberapa objek kajian linguistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian ilmu linguistik
Kata linguistic
berasal dari bahasa latin “lingua” yang artinya bahasa. Menurut
Kridalaksana (1993) dalam kamusnya kamus linuistik, kata linguistic di definisikan
sebagai ilmu tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara ilmiah. Definisi
yang sama di kemukakan oleh Tarigan (1986), yaitu seperangkat ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan jalan penerapan metode ilmiah terhadap fenomena bahasa.
Sebagai penyelidikan bahasa secara ilmiah, linguistik tidak membedakan antara
bahasa yang satu dengan yang lainnya (hasanan, 1984).
Dalam BA,
linguistik disebut ilmu lughah. Pada mulanya kata ilmu lughah tidak
digunakan dengan makna linguistic atau kajian bahasa. Kata ilmu
lughah pertama kali digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya “Al-Muqoddimah”
dan dimaksudkan sebagai ilmu ma’ajim atau lecikology.
Berikutnya kata ilmu lughah digunakan oleh Assuyuti dalam judul bukunya “Al-Mazhar
Fi ulumi-l Lughah wa Anwa’uha”. Assuyuti pun menggunakan dengan makna lexicology.
(dalam Hasanin,1984).[1]
Secara
populer orang asing menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang
bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih
tepat lagi, sepeti dikatakan Martiner (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa
manusia.[2]
Linguistik berasal dari bahasa latin yaitu lingua yang
berarti adalah ‘bahasa’. Sedangkan istilah dari bahasa Prancis linguistik
adalah linguistique , dalam bahasa Inggris adalah linguistics,
dan dalam bahasa Belanda adalah linguistiek.
Dalam bahasa perancis ada dua
istilah, yaitu langue dan langage dengan makna
yang berbeda. Langue berarti suatu bahasa tertentu, seperti
bahasa Indonesia, bahasa Arab, atau bahasa Prancis. Sedangkan langage berarti
bahasa secara umum, seperti dalam ungkapan “Manusia punya bahasa
sedangkan binatang tidak”.
Disamping istilah langue dan langage bahasa
Prancis masih punya istilah lain mengenai bahasa yaitu parole. Parole adalah
bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yaitu yang berupa ujaran, yang
diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam The New Oxford Dictionary of
English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:“The scientific study
of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and
phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics,
dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative
linguistics, and structural linguistics.”
B.
Objek Linguistik Bahasa
1.
Pengertian Bahasa
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia
memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga sering kali membingungkan.
Untuk jelasnya, coba perhatikan pemakaian kata bahasa dalam kalimat berikut!
1)
Dika belajar bahasa inggris, nila belajar
bahasa jepang.
2)
Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.
3)
Hati-hati bergaul dengan anak yang tidak tahu bahasa
itu.
4)
Dalam kasus itu ternyata lurah dan camat tidak
mempunyai bahasa yang sama.
5)
Katakanalah dengan bahasa bunga!
6)
Pertikaian itu tidak bisa diselesaikan dengan
bahasa militer.
7)
Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan
kata dari pada dan akhiran ken.
Kata bahasa pada kalimat
pertama, jelas menunjukan pada bahasa tertentu. Jadi, menurut
peristilahan de Saussure adalah sebuah langue. Pada kalimat ke-2,
kata bahasa menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu langage.
Pada kalimat ke-3 kata bahasa berarti ‘sopan santun’; pada kalimat
ke-4 kata bahasa berarti ‘kebijakan dalam bertindak ‘; pada
kalimat ke-5 kata bahasa berarti ‘maksud-maksud dengan bunga
sebagai lambang ‘; pada kalimat ke-6 kata bahasa berarti
‘dengan cara ‘; dan pada kalimat ke-7 kata bahasa berarti
‘ujarannya‘; pada kalimat ke-8 kata bahasa bersifat hipotetis.
Dari keterangan diatas bisa
disimpulkan hanya pada kalimat (1), (2), dan (7) saja kata bahasa itu digunakan
secara harfiah, sedangkan pada kalimat lain digunakan pada secara kias. Bahasa
sebagai objek linguistic adalah seperti yang digunakan pada kalimat (1) ,
kalimat (2), dan kalimat (7). Pada kalimat (1) bahasa sebagai langue,
pada kalimat (2) bahasa sebagai langage, dan pada kalimat (7)
bahasa sebagai parole.
Sebagai objek linguistik, parole
merupakan objek konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan
oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa. Langue merupakan objek
yang abstrak karena langue itu berwujud sistem bahasa secara universal. Yang
dikaji linguistik secara langsung adalah parole itu, karena parole itu yang
berwujud konkret, yang nyata, yang dapat diamati, atau diobservasi. Kajian
terhadap parole dilakukan untuk mendapatkan kaidah-kaidah suatu langue ; dan
dari kajian terhadap langue ini akan diperoleh kaidah-kaidah suatu
langage; kaidah bahasa secara universal.[4]
Di karenakan segi fungsinya tampaknya
merupakan segi yang paling menonjol diantara segi-segi yang lainnya. Maka tidak
mengherankan kalau banyak juga pakar yang membuat definisi tentang bahasa
dengan pertama-tama menonjolkan segi fungsinya itu, seperti Sapir (1221:8).
Badudu (1989:3), dan Keraf (1984:16). Jawaban terhadap pertanyaan “apakah
bahasa itu?” yang tidak menonjolkan fungsi tetapi menonjolkan “sosok” bahasa
itu adalah seperti yang dikemukakan Kridalaksan (1983, dan juga dalam Djoko
Kentjono 1982): “Bahasa adalah system lambing bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi
dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari
Berber (1964:21), Wardhaugh (1977:3) Trager (1949:18), de Saussure (1966:16),
dan Bolinger (1975:15).
2.
Karakteristik bahasa
Ibnu Jinni (392 H) telah mendefinisikan
bahasa dengan pernyataannya: Bahasa adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap
kaum untuk menyatakan tujuannya. Definsi ini mengandung unsur-unsur pokok
definisi bahasa dan sesuai dengan banyak definsi modern tentang bahasa. Ia
menjelaskan karakteristik bunyi bahasa dan menegaskan bahwa bahasa adalah
bunyi.[5] Dengan ini ia menghindari kesalahan umum yang
menganggap bahwa bahasa dalam substansinya merupakan fenomena tulis. Juga,
definisi Ibnu Jinni menjelaskan bahwa bahasa memiliki fungsi sosial yang
ekspresif dan memiliki kerangka sosial. Oleh karena itu, bahasa berbeda karena
perbedaan kelompok manusia. Dengan demikian definisi bahasa menurut Ibnu Jinni
menjelaskan karakteristik bahasa dari satu aspek dan fungsinya dari aspek lain.
Terlebih dahulu definisi-definisi modern tentang bahasa menjelaskan bahwa
bahasa adalah sistem lambang. Ini berarti bahwa bahasa terdiri dari seperangkat
lambang yang membentuk sistem terpadu.
Bahasa adalah sistem bahasa yang paling
kompleks. Isyarat lalu lintas adalah lambang cahaya, tetapi ia spesifik dan
sederhana. Isyarat cahaya yang keluar dari kapal-kapal, para panglima pasukan,
pandu, dan klub-klub olahraga merupakan lambang juga. Adapun teriakan-teriakan
yang dilepaskan oleh hewan dengan berbagai jenisnya, terutama burung-burung,
itu juga spesifik dan sederhana. Akan tetapi hanya manusia yang mampu
berinteraksi dengan bahasa yang berdasar pada sejumlah lambang yang spesifik,
tetapi ia membentuk sistem yang kompleks. Maka bunyi-bunyi yang keluar dari
alat-alat ucap pada manusia relatif terbatas. Oleh karena itu banyak bahasa
yang berkoleksi dalam banyak bunyi. Kebanyakan bahasa manusia memanfaatkan
sejumlah bunyi yang kurang dari 40 bunyi. Akan tetapi bunyi-bunyi yang
spsesifik ini menjadikan banyak susunan sehingga membentuk ribuan kata dalam
satu bahasa. Kata-kata ini menjadikan beberapa susunan yang dikenal di
lingkungan bahasa, lalu membentuk jutaan kalimat. Dengan demikian kata-kata ini
dapat mengungkapkan peradaban manusia dan pikiran manusia. Oleh karena itu,
sistem komunikasi bahasa manusia berbeda dengan system komunikasi yang ada pada
hewan. Bahasa manusia merupakan system lambang yang kompleks.[6]
3.
Sifat dan Fungsi Bahasa
a. Bahasa bersifat arbiter, yang dimaksud dengan arbiter
adalah sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak ada hubungannya dengan
suatu keharusan atau kewajiban antara satuan-satuan bahasa dengan yang
dilambangkannya.
b. Bahasa bersifat produktif, artinya bahasa merupakan
sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas. Akan tetapi, pemakainnya
tidaklah terbatas.
c. Bahasa bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai
sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Contoh: bahasa Inggris
memiliki sistem yang berbeda dengan sistem bahasa Indonesia. Misalnya dalam
bahasa Inggris, kita mengenal bentuk yang menunjukan perbedaan waktu, sedangkan
dalam bahasa Indonesia hal itu tidak ada.
d. Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki
kesamaan secara umum yaitu bahasa itu ujaran manusia, memiliki struktur,
konvensional, digunakan sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya
dibawa sejak lahir (innatruss potential).
4. Fungsi bahasa
- untuk tujuan praktis: mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
- untuk tujuan artistik: manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.
- sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
- untuk
mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah
manusia, selama
kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis)
Ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan
tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di dunia, terutama bahasa Indonesia.
Ciri-ciri khusus ini perlu diketahui oleh para pengajar bahasa agar
memudahkannya dalam menyusun dan mengembangkan berbagai strategi pembelajaran
bahasa, khususnya bagi non Arab. Ciri-ciri khusus tersebut dapat ditemui dalam
aspek-aspek bahasa, sebagai berikut :[7]
A. Aspek bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang
keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau
alat bunyi. Proses terjadinya bahasa apapun di dunia ini adalah sama. Maka
tidak asing apabila ada beberapa bunyi bahasa yang hampir dimiliki oleh
beberapa bahasa di dunia seperti bunyi m, n, l, k, dan s.
Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki ciri-ciri
khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain, terutama bila
dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang banyak
digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah :
1. Vokal panjang dianggap sebagai fonem (أُو ، ِي ، أَ )
2. Bunyi tenggorokan (أصوات الحلق),
yaitu ح dan
ع
3. Bunyi tebal ( أصوات
مطبقة), yaitu ض , ص , ط
dan ظ
.
4. Tekanan bunyi dalam kata atau stress (النبر )
5. Bunyi bilabial dental (شفوى أسنـانى ), yaitu ف
Dan untuk mengetahui dimana letak نبر dalam suatu kata, kita
harus mengetahui jenis syllable atau suku kata dalam bahasa Arab. Ada
lima macam syillable atau مقطع yang berlaku dalam bahasa Arab fusha, yaitu
:
1. cv ( ص
ح ) seperti ب
2. cvv ( ص
ح ح ) seperti فـي
3. cvc ( ص
ح ص ) seperti خُلْ
4. cvvc ( ص
ح ح ص ) seperti عِيْنْ
5. cvcc ( ص
ح ص ص ) seperti بنت
Untuk menentukan letak نبر
dalam suatu kata, para ahli berbeda pendapat. Sebagai contoh, menurut
Ibrahim Anis, letak نبر
(stress) dalam suatu kata
bahasa Arab dapat dilihat dari macam atau jenis suku kata atau syllable
paling akhir dari kata itu. Bila suku kata akhir itu berupa jenis keempat atau
kelima ( cvvc atau cvcc ) maka disitulah letak nabr-nya. Contoh kata نستــعين dan
مستــقر , nabr-nya ada pada suku kata عين dan قـرّ .
Apabila suku kata terakhir dari jenis keempat atau kelima, lihat suku
kata sebelum akhir. Bila ia berupa jenis syllable kedua atau ketiga (cvv atau
cvc), maka disitu letak nabr-nya. Contoh pada kata يستحيل dan استغـفر letak nabr-nya pada
suku kata حي
dan تغ
.
Dan apabila suku kata sebelum akhir bukan dari jenis kedua atau ketiga,
artinya jenis pertama, maka lihat kembali suku kata ketiga dari akhir, seperti
pada kata جلس
dan اجتمع
.
Menurut Brockelmann (linguist Jerman), نبر (stress) dalam kata bahasa Arab bias diketahui dengan cara
menelusuri jenis suku kata dari akhir suatu kata sampai awal. Kapan kita
menemui suku kata atau مقطع
panjang yaitu
jenis kedua, ketiga, keempat atau kelima dalam kata itu, maka disitulah nabr-nya.
Dan bila tidak ditemui مقطع panjang pada kata tersebut, berarti nabr-nya
ada pada suku kata pertama dari depan dalam kata tersebut. Contoh :
·
يقاتل nabr-nya pada قا
·
يجتـمع nabr-nya pada يَجـ
·
جمع nabr-nya pada جـَ
Jadi perlu diingat bahwa nabr atau stress itu ada dalam bahasa
Arab, meskipun bukan merupakan fonem yang membedakan arti.
B. Aspek Kosakata
Ciri khas kedua yang dimiliki bahasa Arab adalah pola pembentukan kata
yang sangat fleksibel, baik melalui derivasi (تصريف استـقاقى ) maupun dengan cara infleksi (تصريف إعرابـى ). Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa Arab
menjadi sangat kaya sekali dengan kosakata. Misalnya dari akar kata علم , bila dikembangkan dengan cara اشتقاقى , maka akan menjadi :
·
عَلِم – يَعلَم
dan seterusnya (تصريف
اصطلاحى ) = 10 kata
·
– يعلِّم عَلّم dan seterusnya =
10 kata
·
أعلم – يعلم
dan seterusnya = 10 kata
Dari masing-masing
kata ini dapat lagi kembangkan dengan cara تصريف إعرابـى sehingga akan
lebih memperkaya bahasa Arab. Dari kata علم saja akan menjadi ratusan
kata. Bahkan menurut suatu penelitian, unsur bunyi yang ada pada suatu kata,
meskipun urutan letaknya dalam kata tersebut berbeda akan mengandung arti dasar
yang sama.
C. Aspek Kalimat
1. I’râb
Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap
yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan
bunyi akhir kata, baik berupa harakat atau pun berupa huruf sesuai dengan
jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi untuk
membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat
merubah pengertian kalimat tersebut.
Contoh :
·
هذا
قاتلٌ أخى
·
هذا
قاتلُ أخى
Dua kalimat itu sangat berbeda sekali artinya, hanya karena perbedaan
bunyi akhir kata qâtil (قاتل ). Yang pertama
dibaca tanwin dan yang kedua tidak dibaca tanwin (di-idlâfat-kan).
Maka kalimat pertama berarti orang ini yang membunuh saudaraku, sedang
kalimat kedua artinya orang ini adalah pembunuh saudaraku. Contoh lain
adalah :
·
ما
أحسنَ خالداً artinya alangkah baiknya si
Khalid
·
ما
أحسنُ خالدٍ artinya apa yang baik pada
si Khalid ?
·
ما
أحسنَ خالدٌ artinya apa yang diperbuat
baik oleh si Khalid ?
1. Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah Ismiyyah
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada dasarnya sama, yaitu subyek,
predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa
lainnya adalah struktur atau susunan (تركيب) kalimat itu. Pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :
·
اسم
+ اسم
·
فعل
+ اسم
Sementara
dalam bahasa Indonesia pola kalimatnya adalah :
·
KB + KB
·
KB + KK
Pola فعل
+ اسم dalam bahasa Arab sudah
dianggap dua kalimat. Dari perbandingan itu, tampak bahwa pola فعل + اسم hanya dimiliki bahasa
Arab. Meskipun kadang ada ungkapan bahasa dalam percakapan sehari-hari pola
yang sama dengan ini ditemui dalam bahasa Indonesia seperti turun hujan,
tetapi ungkapan itu biasanya didahului oleh keterangan waktu umpamanya tadi
malam turun hujan.
1. Muthâbaqah (Concord)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab adalah
diharuskannya muthâbaqah atau persesuaian antara beberapa bentuk
kalimat. Misalnya harus ada Muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar
dalam hal ‘adad (mufrad, mutsannâ dan jama’)
dan dalam jenis (mudzakkar dan muannats), harus ada Muthâbaqah
antara maushûf dan shifat dalam hal ‘adad, jenis,
i’râb (rafa’, nashb, jar), dan nakirah serta ma’rifah-nya.
Begitu juga harus ada Muthâbaqah antara hâl dan shâhib al-hâl
dalam ‘adad dan jenisnya.
D. Aspek Huruf
Ciri yang Nampak dominan pada huruf-huruf bahasa Arab adalah :
1. Bahasa Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata,
yaitu ada huruf yang terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah dan di
akhir kata.
2. Setiap satu huruf hanya melambangkan satu bunyi.
3. Cara penulisan berbeda dengan penulisan huruf Latin, yakni dari
arah kanan ke kiri.
Disamping itu, ada beberapa huruf yang tidak dibunyikan seperti pada
kata-kata : أولئك - الزكوة
– أنا – لا، أنا طالب
dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak dilambangkan dalam bentuk
huruf seperti هذا – ذلك – أنتَ ؟ .
Pemaparan beberapa karakteristik unik bahasa Arab di atas setidaknya
dapat dijadikan acuan dalam pengajaran bahasa Arab untuk non Arab, sehingga
memudahkan para pengajar dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran bahasa
Arab.
Secara kodrati, manusia pertama kali mengenal bahasa melalui pendengaran,
setelah itu berbicara, membaca, kemudian menulis. Demikian pula halnya dengan
pengajaran bahasa Arab, hendaknya harus dimulai dengan melatih anak untuk
selalu mendengar bahasa Arab. Langkah pertama ini dapat dilakukan dengan
memasukan anak ke dalam lingkungan bahasa Arab (البيئة اللغوية) atau ke dalam laboratotium bahasa. Guru dapat juga menciptakan
ruang kelas dengan selalu aktif menggunakan bahasa Arab sebagai pengantarnya,
hal ini akan menarik perhatian siswa untuk berbicara seperti gurunya dengan
menyimak atau disebut dengan listening.
Tahap selanjutnya adalah bercakap-cakap atau speaking. Langkah kedua ini
harus didukung oleh perbendaharaan kosakata yang dimiliki siswa. Guru jangan
menyuruh siswa untuk menghafalkan kamus, tetapi guru bisa mengajarkan kata-kata
yang dipakai sehari-hari sehingga dapat dipraktekkan anak didik baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Arab, cara ini disebut dengan
muhâdatsah.[8]
Langkah selanjutnya adalah membaca (reading). Pada tahap ini
siswa mulai diperkenalkan dengan bacaan atau wacana bahasa Arab yang telah
menggunakan gramatika yang benar. Penerjemahan kata atau wacana seminimal
mungkin dilakukan oleh guru guna mendorong siswa untuk memahami teks tanpa
membutuhkan penerjemahan secara utuh.
Setelah siswa memperoleh kemahiran membaca, maka tahap berikutnya yaitu
menulis (writing) yang dalam bahasa Arab disebut insya’.
Dengan berbekal hasil membaca berbagai wacana atau bacaan yang baik, maka siswa
perlahan-lahan dapat mengungkapkan pikirannya dalam sebuah tulisan. Dengan
begitu maka empat kemahiran bahasa telah diperoleh siswa yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Kemahiran bahasa ini kelak akan
dapat dijadikan sarana dalam mempelajari, mengkaji dan mengembangkan ilmu-ilmu
yang lainnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan masyarakat luas.
5. Macam-macam
bahasa:
a.
Bahasa
diam (silent language)
Bahasa
diam adalah cara berkomunikasi yang
dilakukan oleh penutur dengan mitra tutur, tetapi mitra tutur menanggapinya
dengan diam. Bahasa diam juga bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Contoh,
seorang ayah pulang dari kantor, ketika ditanya istrinya, ia diam saja. Ia
tidak menjawab pertanyaan istrinya. Istrinya tentu bergumam “Wah,
suamiku punya masalah”.
b.
Bahasa
tanda (sign language)
Bahasa
tanda adalah cara berkomunikasi dengan menggunakan tanda-tanda. Yang
banyak menggunakan bahasa tanda ialah Polisi Lalu Lintas. Misalnya, tanda
parkir berupa huruf P yang dilingkari.
c.
Bahasa
kode (code language)
cara berkomunikasi
dengan menggunakan isyarat. Oleh karena itu, bahasa kode disebut juga bahasa
isyarat. Bagi bangsa Indonesia, mengangguk berarti setuju, menggelengkan kepala
berarti tidak setuju atau tidak mau, dan mengernyitkan dahi berarti belum
paham. Bahasa kode banyak digunakan pada kegiatan kepramukaan, misalnya
berkomunikasi dengan menggunakan isyarat-isyarat semaphore.
d.
4.
Bahasa kontak (contact language)
Bahasa
kontak adalah cara berkomunikasi dengan cara menyinggungkan anggota tubuh
dengan mitra bicara (kontak secara jasmani). Misalnya, “seorang nenek
membelai-belai rambut cucunya, pertanda sang nenek sedang mencurahkan kasih
sayangnya kepada cucucnya”.
e.
Bahasa
simbol (symbol language)
Bahasa
simbol adalah bahasa yang disimbolkan. Mitra komunikasi (mitra bicara)
dapat memahami maksud atau pesan yang disampaikan oleh penutur (komunikator)
dengan mengamati simbol yang digunakan oleh komunikator. Misalnya, pemakaian
cincin pada jari manis tangan kiri. Hal itu untuk memberitahukan kepada orang
lain bahwa dia sudah bertunangan.
f.
Bahasa
verbal (verbal language)
Bahasa
verbal adalah komunikasi antarpertisipan dengan cara menggunakan
organ-organ atau lambang-lambang verbal. Apabila menggunakan organ yang mengacu
pada bahasa lisan, sedangkan jika menggunakan lambang verbal berarti mengacu
pada bahasa tulis. Misalnya, bahasa verbal lisan digunakan oleh beberapa orang
yang sedang berdiskusi, wawancara, simposium, dan berbincang-bincang santai.
Bahasa verbal tulis digunakan oleh penulis buku, novel, cerpen, dan berkirim
surat.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
a. Pengertian Linguistik
Kata linguistic berasal dari bahasa
latin “lingua” yang artinya bahasa. Secara populer orang asing
menyatakan bahwa linguistic adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.
3) Objek kajian Linguistik
a)
Pengertian Bahasa
b)
Karakteristik bahasa
(1)
Bahasa
adalah bunyi-bunyi yang dipakai oleh setiap kaum untuk menyatakan tuiuannya
(2)
Bahasa
adalah sistem bahasa yang paling kompleks
(3)
hasa tidak
mengandung nilai subjektif yang karakteristiknya menghubungkannya dengan
maknanya dalam kenyataan luar
c)
Sifat dan Fungsi Bahasa
(1)
Arbiter (manasuka) yaitu sifat bahasa yang manasuka, artinya bahasa tidak
ada hubungannya dengan suatu keharusan atau kewajiban antara satuan-satuan
bahasa dengan yang dilambangkannya.
(2)
bersifat produktif, artinya bahasa merupakan sistem dari unsur-unsur yang
jumlahnya terbatas. Akan tetapi, pemakainnya tidaklah terbatas. Misalnya,
bahasaIndonesia mempunyai fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih
dari 30 000 yang mengandung fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan oleh
kata-kata baru
(3)
bersifat unik. Artinya setiap bahasa mempunyai sisitem yang has yang tidak
harus ada dalam bahasa lain
(4)
Bahasa itu Universal, artinya semua bahasa memiliki kesamaan secara umum
yaitu bahasa itu ujaran manusia, memiliki struktur, konvensional, digunakan
sebagai alat komunikasi oleh manusia dan potensinya dibawa sejak lahir (innatruss
potential).
DAFTAR
FUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Asori imam, 2004. Sintaksis Bahasa Arab.
Malang : Misykat.
Soeparno, 2002. Dasar-Dasar
linguistic umum. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Chaer
abdul, 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Hijazi Mahmud Fahmi, 2008. Pengantar Linguistik.
Bandung : PSIBA Press.
[4]
Abdul chaer, Linguistik Umum,
Jakarta, rineka cipta, 2007, hal 30
[6]
Soeparno, Dasar-Dasar linguistic
umum, Yogyakarta, tiara wacana yogya, 2002, hal 13
[7] Moh. Matsna HS, Diagnosis
Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada Diklat Guru Bahasa
Arab di SMU tanggal 10 – 23 September 2003.
[8]
Amin Muhammad, al-Lughat al-’Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ
(Mesir: Dâr el-Fikr, 1980), hlm. 57.
Posting Komentar